10. Memori

4K 293 14
                                    

Jeno masih setia berada di sisi Jaemin—— terduduk di tepi ranjang di mana Jaemin terlelap, seraya menggenggam lembut satu tangan anak itu.

Beberapa jam bahkan sudah berlalu, sejak ia membawa Jaemin ke dalam kamar tersebut.

Menatap sejenak pada arloji di pergelangannya, di mana waktu sudah menunjukan pukul 2 pagi.

Hingga tak lama setelahnya, racauan pelan yang terlontar dari bibi Jaemin—— menyapa pendengarannya, memecah hening yang memeluknya erat sejak tadi.

Membuat tangannya terulur untuk mengusap lembut kening Jaemin, saat ia mendapati bagaimana anak itu terlihat gelisah dalam tidurnya.

"Nghm... Kak Nojam." Racau Jaemin kembali.

Di mana yang kali ini, membuat Jeno cukup terkejut.

Seperdetik itu, Jeno merasakan sesuatu yang hadir di dalam ingatannya. Entah hanya sebuah kebetulan atau apa, tapi satu nama yang keluar dari mulut Jaemin berhasil menghadirkan kembali memori masa kecil Jeno.

Seseorang di masa lalu, Jeno masih sangat jelas mengingatnya, dan hanya orang tersebut. Satu-satunya yang memanggil dirinya dengan sebutan 'Nojam'.

"Kak Nojam." Racau Jaemin ke sekian kali, membuat Jeno menatapnya dengan jantung yang berdebar.

"Nana." Lirihnya, menatap Jaemin dengan lekat. "Apakah itu-" Jeno menjeda kalimatnya, menggeleng cepat untuk menepis hal tersebut.

Mustahil, Jeno menolak hal di kepalanya.

Baginya, tak mungkin jika Jaemin adalah seseorang dari masa kecilnya itu—— anak manis menggemaskan dan ceria, yang selalu menghibur dan menemani hari-hari sepinya di masa lalu.

Jeno beranjak dari tempatnya, melepaskan genggaman dari tangan anak itu. Hingga akhirnya, Jeno memutuskan untuk meninggalkan kamar tersebut yang lalu menuju ruang kerjanya, yang tidak terlalu jauh dari kamar pribadinya.



🍂🍂🍂



Menarik nafas dalam, Jeno melempar punggungnya untuk bersandar pada kursi kerjanya.

Apa yang terjadi? Batinnya.

Kedua netranya tertuju pada sebuah bingkai di atas meja, di mana ada potret dirinya semasa kecil bersama anak manis yang selalu ia rindukan bertahun-tahun.

Meneteskan air matanya, seraya menatap lekat pada bingkai tersebut, mengusapnya.

"Nana, aku merindukanmu." Lirihnya.

Perlahan, hal tersebut membawa Jeno semakin tenggelam dalam pikirannya, bersama kerinduan mendalam karena sebuah kehilangan yang ia rasakan.

Bisa di katakan, hidup seorang Jeno tidaklah mudah. Masa kecil yang ia lalui bahkan sangat berbeda, dari anak-anak lain pada umumnya—— lebih tepatnya, saat sang ayah masih tenggelam di dalam dunia hitam.

Tuan Jung yang dulu sangat ketat kepada Jeno, bahkan tidak membiarkan putranya itu keluar mansion sembarangan—— meski hanya sekedar bermain dengan anak-anak seumurannya. Di mana hal itu, membuat Jeno harus melalui hari-hari membosankan.

Setiap pergi ke sekolah, Jeno selalu dalam pengawasan ketat para bodyguard sang ayah dan hal itu justru membuatnya di jauhi oleh teman-teman sekolahnya.

Bagaimana tidak? Anak-anak itu menjauhi Jeno karena takut pada para pria dewasa bertubuh kekar yang selalu bersama Jeno, terlebih saat mereka tau—— jika Jeno adalah seorang putra mafia.

Hal itu pun membuat Jeno kecil tenggelam dalam kesedihan, di paksa menerima kenyataan yang bahkan tak ia harapkan. Setiap harinya di sekolah, terlebih saat jam istirahat—— Jeno kecil hanya bisa terdiam, menyaksikan keceriaan teman-teman seusianya bermain di halaman sekolah.

SAVE ME • NOMIN [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang