11. Meeting

3.6K 266 14
                                    

🍂🍂🍂




"Jeno, jam berapa ini? Bagaimana bisa kau baru tiba?" Oceh Mark, membuat Jeno menghela nafas kasar di tengah langkahnya dengan Jaemin di belakang.

Lalu lintas memang cukup padat pagi ini, membuat Jeno tak dapat tiba tepat waktu untuk pertemuan pagi ini.

🍂🍂🍂

"Cepatlah, mereka sudah menunggu." Ucap Mark kembali.

"Aku tau." Sahut Jeno dengan dingin, yang lalu ia menoleh ke belakang. "Ambil berkas itu dan susul kami ke ruang rapat."

Jaemin mengangguk, seraya menatap kepergian dua pria itu.

Tanpa membuang waktu, Jaemin bergegas menuju ruangannya-- menuju lemari penyimpanan untuk mencari berkas yang Jeno butuhkan.

Hingga beberapa menit setelahnya, Jaemin sedikit berlari-- berusaha tiba di ruang rapat dengan cepat usai ia mendapatkan berkas tersebut.

Namun, di tengah langkah-- Jaemin mendapati seorang pria asing berdiri di depan sana, membuat langkah larinya terhenti seketika.

Jaemin menoleh ke sekitar, tapi tak ada siapapun di sana-- selain dirinya dan pria tersebut.

Itu cukup aneh, karena yang Jaemin tau-- tempat di mana ruangan Jeno berada adalah lantai khusus, di mana tidak memperbolehkan sembarangan orang untuk berada di sana, kecuali jika Jeno sendiri yang memberi izin.

Tak hanya itu, pria asing tersebut juga tidak memiliki ID card-- yang biasa di gunakan oleh semua staff di sana.

Jaemin berusaha mengabaikan pria tersebut, mencoba mencari celah untuk kembali melanjutkan langkah-- mengabaikan tatapan tajam pria asing di depan sana.

Namun, seperdetik setelahnya-- Jaemin mulai merasa tidak aman, saat ia menyadari ada orang lain di belakangnya.

Jaemin tidak bodoh, ia yakin jika ini bukan sesuatu yang baik.

"Permisi Tuan, aku sedang terburu-buru." Jaemin menundukan wajahnya, mencoba meredam ketakutan. Berusaha menerobos pria tersebut, ia hanya ingin segera pergi dari sana.

"Lakukan!" Ucap satu lainnya, hingga di detik yang sama-- sebuah suntikan bius mendarat tepat di sisi leher milik Na Jaemin dari arah belakang.

🍂🍂🍂

Di ruang rapat,

Jeno menghela nafas kasar, seraya menatap ke arah pintu ruangan beberapa kali-- menunggu Jaemin yang tak kunjung datang, dengan berkas yang ia tunggu sejak tadi.

"Jeno, di mana anak manis itu?" Mark sedikit berbisik, "sebaiknya hubungi anak manis itu."

Jeno mengambil ponsel dari balik jas mewahnya, mencoba menghubungi Jaemin detik itu juga-- di tengah waktu Mark mengambil alih di ruang rapat.

Namun sayang, tak ada satupun panggilannya yang mendapat respon di sebrang sana. Di mana hal tersebut membuat Jeno yang semula kesal, kini menjadi cemas.

Hingga tanpa membuang waktu, Jeno beranjak dari kursinya.

"Jeno?" Mark mengerutkan kedua alis, menatap bingung ke arah sang sahabat-- yang meninggalkan rapat begitu saja.

Sepertinya Mark harus mengambil tanggung jawab Jeno di tangannya untuk rapat kali ini.

🍂🍂🍂

Jeno menggertakan kedua rahangnya, bersama kedua tangan yang terkepal kuat-- saat menyaksikan hal di depannya, usai pintu lift terbuka.

Di sana, Jeno mendapati lembaran berkas yang berhamburan di lantai-- di mana hal tersebut membuatnya segera berlari menuju ruang kebanggaannya untuk mencari Jaemin.

SAVE ME • NOMIN [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang