fakta.

35 3 0
                                    

Kini kaki seorang wanita mengayun menuruni tangga Bangunan Villa.

Kulit nya putih, rambut hitam panjang yang di gerai. sosok yang cantik.

Indra pengelihatan nya itupun menangkap seorang pria yang tengah duduk memainkan ponselnya dengan tenang.

Kakinya masih menuruni tangga, sampai anak tangga terakhir dia berhenti.

"kak? kakak kapan masuk kerja?" ucap wanita itu sambil menatap seorang pria yang sibuk dengan ponselnya.

"sampai? hari Selasa mungkin, ada apa Nami?" suara bariton nya itu menggema di ruangan itu.

rasanya Villa ini terlalu sepi. sampai satu suara yang berat saja menggema di ruangan ini.

wanita yang tengah berhenti didepan anak tangga terakhir itu hanya menggelengkan kepalanya.

mata nya seakan ingin memarahi kakak laki-laki nya itu.

"ibu mencari mu dua hari yang lalu, dia ingin bicara dengan mu" ucap Nami dengan serius.

Nami yang tidak mendapatkan respon apa apa itu pun hanya terdiam.

Kakak laki-laki nya itu memang melonggarkan ikatan keluarga. sejujurnya karena pertengkaran dulu. dimana saat kakak laki-laki itu tengah kuliah, sudah di paksa untuk belajar banyak hal tentang bisnis.

Nami juga sama, dulu dia di paksa saat dirinya sekolah menengah atas. Namun semua itu tertutup karena kakak laki-laki nya itu yang mewakili. kakak laki-laki nya itu perhatian, namun tertutup dengan sifatnya yang cuek dan membeku.

Zeyden Warrick Leonardo. Pria yang hampir menginjak usia 29 tahun itu adalah kakak laki-laki Nami. kakak satu satunya yang dimiliki oleh Nami.

seringkali ia dibuat kesal, emosi, karena terlalu sering di cueki. namun apa daya ini lah sifat kakak nya itu, beku.

"besok saya balik ke apartemen, kamu mau ikut?" Sontak pertanyaan dari Zeyden membuat Sang adik terkejut.

dia? diajak ke apartemen nya? wah Nami kau mimpi apa saat semalam tidur??.

Nami pun terdiam. membisu akibat terkejut. otaknya itu masih memproses segalanya.

apa kakak laki-laki nya itu tau kalau dia bertengkar dengan ayah mereka?. ah, mana mungkin yang tau kan hanya ibu dan ayah.

Nami memang sering pulang kerumahnya orang tuanya. berbeda dengan Zeyden kakak laki-laki nya itu, dia memilih membeli rumah, dan sekarang justru menyewa apartemen. rumah yang dia beli? tentu saja di jual lagi.

Kini langkah kaki Nami mendekati Zeyden. ia mendaratkan dirinya di sofa tepat samping Zeyden duduk.

Pria gila di sampingnya ini adalah kakak laki-laki nya, yang berbeda 8 tahun dengan Nami. sangat jauh, dan Nami dulu sangat membencinya.

mengapa Nami membenci nya? karena dia tidak seperti kakak kakak yang lain. Nami kecil sangat ingin mendapatkan perhatian dari kakak laki-laki nya.

namun tidak, kakak laki-laki nya itu justru hanya menatap datar dirinya. bahkan seringkali Nami menangis saat mengingat bahwa seperti nya kakak nya membencinya.

sampai....

"jangan melamun! kau akan teringat hal hal yang membuat ku kesal" teguran dari sang kakak pun membuat Nami membuyarkan lamunan nya.

Nami terdiam. "aku ikut" dengan cepat Nami langsung mengiyakan ajakan sang kakak beberapa menit yang lalu.

Lucu. sejujurnya Nami sangat merasa aman saat disisi kakak nya. meskipun dia juga sebenarnya takut. ketika kakak nya marah dia seperti orang membabi buta yang akan membunuh siapa saja di hadapannya.

kesan awal yang di berikan saat melihat kakak laki-laki nya itu adalah tenang. karena sifatnya yang cuek dan membeku. namun ketika marah, tidak ada siapapun yang bisa menghentikannya.

........

kini jam telah menunjukkan pukul 5 sore.

Matahari perlahan mulai menurunkan diri. menenggelamkan dirinya agar berganti menjadi malam.

Kini Nami berdiri di balkon kamarnya menikmati pemandangan yang ada.

Wajah disapu oleh tenang nya angin. beberapa helai pun kerap di terbangkan oleh angin.

Indra penciuman menangkap beberapa wangi bunga yang mulai bermekaran.

memang disekitaran sana terdapat beberapa tanaman bunga. di antaranya adalah bunga tulip putih.

Bau nya benar benar memabukkan. Harumnya memikat indra penciuman seseorang yang mencium nya.

Namun mata Nami justru tertuju pada pantai yang tak jauh dari sana. ia sangat merindukan pantai.

Sama seperti Zeyden kakak laki-laki nya itu, Nami juga menjadikan Villa ini sebagai tempat penenang baginya.

Villa yang terletak di pinggiran hutan. dimana bagian hutan jelas terlihat meskipun Hanya dari jendela. lalu terlihat tebing yang menjulang juga tak jauh dari villa ini.

Namun yang lebih menarik adalah pantai pasir putih. Pantai yang terletak tak jauh dari villa itu berdiri sangat sangat cantik saat malam tiba.

ombaknya yang tenang memancarkan sinar bulan yang indah. siapa juga yang tidak terpikat oleh pesonanya.

Nami benar benar ingin kesana. Namun sepertinya tidak akan bisa, mungkin bisa tapi saat siang. karena kakak laki-laki nya tidak mungkin mengijinkan dirinya malam malam keluar.

Bukan tidak mengijinkan. hanya saja raut wajahnya yang membuat Nami takut untuk meminta izin.

TOKTOK. pintu kamar Nami di ketuk oleh seseorang.

Nami pun mengayunkan kakinya dengan malas.

siapa sih yang menggangu nya, ia sedang menikmati pemandangan malam hari yang akan tiba juga!.

Jari jemari Nami pun menarik secara perlahan gagang pintu kamar nya.

Pintu nya pun terbuka lebar. menampilkan seorang pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah kakak laki-laki nya itu.

Dengan kesal ia pun menatap malas kakak laki-laki nya itu.

"kenapa?" tanya Nami dengan nada yang malas.

"kita balik ke apartemen malam ini, kalau mau main ke pantai cepetan" ucap Zeyden sambil membalikkan badannya. langkah nya pun mulai meninggalkan Nami yang menatap kebingungan.

kakak laki-laki nya ini seorang cenayang kah? atau apa? tapi tidak peduli.

ia segera menutup pintu kamar nya dan dengan cepat menuruni tangga untuk bergegas keluar Villa itu.

"apa tidak apa apa jika nona muda di biarkan tanpa pengawalan?" tanya seorang wanita paruh baya bernama Bi Mira itu.

"gapapa" jawab singkat Zeyden.

Zeyden melangkahkan kaki keluar dari pintu belakang villa itu.

pandangan Zeyden mulai menangkap Sebuah gubuk tua yang tak jauh dari Villa nya itu.




you and meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang