LIMA

2.3K 138 13
                                    

5. We never know about her.

~Happier Than Ever, Billie Eilish~

"Every evil there is a pain that can never be healed."





______________________





Sera keluar dari ruangan Mister Clay lebih dulu dari Shaga, hingga beberapa menit kemudian laki-laki bertubuh jangkung itu muncul di belakang Sera yang sedang berbincang ringan dengan Zoya. Sejak tadi Zoya sengaja menunggu di luar untuk menunggu gadis itu, sekaligus membawakan tas yang Sera lupakan di kelas.

"Ada Kak Shaga!" Zoya berbisik pelan saat menyadari kehadiran Shaga. Gadis berambut lurus itu tersenyum pada Shaga yang merupakan kakak kelasnya, dibalas senyum tak kalah ramah oleh Shaga.

Bukan rahasia umum jika Shaga mempunyai keperibadian yang cukup hangat dan ramah di lingkungan sekolah, kecuali pada manusia-manusia yang suka bertindak semaunya. Salah satu contohnya Seraphina.

"Shaga!" Panggilan Sera berhasil menghentikan langkah Shaga untuk meninggalkan koridor yang panjang. Sera melipat tangan di depan dada, menatap punggung Shaga yang membelakanginya. Dalam hati bertanya-tanya apa yang membuat Isabella bisa menyukai laki-laki ini? Tampan? Sera sering menemukannya, kaya? Mungkin bisa jadi, Isabella mungkin suka kekayaan yang dimiliki Shaga.

Sudut bibir Sera terangkat membentuk seringai kecil, memikirkan opsi terakhir membuat dirinya semakin muak dengan manusia bernama Isabella. Tidak ingin membuat dirinya semakin larut, Sera buru-buru melangkah mendekati Shaga.

"I need more guidance from you, I think? Apart from the schedule that Mister Clay gave, we need time to study together!" ujar Sera tanpa perlu basa-basi. Ia juga sudah tidak punya waktu lagi, terlambat pulang seperti ini membuat schedule-nya yang lain menjadi berantakan.

Shaga menatap Sera dengan datar, "Gue nggak bisa." Sesaat Sera berusaha menemukan kata-kata yang tepat di tengah keterkejutannya dengan penolakan langsung dari Shaga.

Menutupi keterkejutannya, Sera hanya mengangguk dua kali. Tersenyum singkat dan begitu tenang.

"Gue bukan ngajuin pertanyaan, tapi pernyataan. Lo lupa, Mister Clay minta lo buat bimbing gue. Sebagai murid teladan kenapa lo nggak menunjukkan hal seperti itu? Atau jangan-jangan itu cuman image yang berusaha lo buat di depan guru-guru?"

Tatapan yang jarang Shaga perlihatkan kepada orang lain akhirnya ditujukan pada Sera, gadis itu benar-benar menguji kesabarannya.

"Lo mau gue ngelapor ke Mister Clay soal perbuatan tidak terpuji lo ini, ya? Anak kesayangannya dari kelas 10 ternyata tukang membantah." Sera tersenyum kemenangan atas keterdiaman Shaga saat ini. Gadis itu menunduk sesaat, menatap sepatunya dengan kerlingan jahil. Ia seperti menemukan mainan baru, membuat kesal orang lain sepertinya sesuatu yang menyenangkan. Jadi, selagi menunggu kedekatannya dengan Shaga tersebar ke penjuru sekolah ia juga bisa sambil menikmati kekesalan Shaga padanya.

"Tukang ngadu," desis Shaga dengan tangan terkepal. Sesaat ia melupakan keberadaan Zoya sebelum suara dehaman gadis itu menyadarkannya, perlahan Shaga berusaha menetralkan napasnya yang terasa sesak di tenggorokan. Kembali memasang wajah tenang.

"Hanya menjalankan tugas dengan baik." Gaya Sera yang sangat pongah seperti ini pasti membuat siapa saja ingin mengumpat padanya. Dengan nada suara yang terdengar begitu santai tidak terpengaruh lawan bicaranya yang mulai terbawa perasaan emosional, dagu gadis itu terangkat penuh percaya diri, dan tangan terlipat menunjukkan ia punya kuasa. "Zoya, minggu ini selain akhir pekan, kapan gue punya jadwal kosong?"

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang