DELAPAN BELAS

1.9K 168 52
                                    

18. Worried About You

~Anything 4 U, Lany~

"Selalu ada alasan di balik sebuah ambisi."









__________________




Seusai makan siang bersama di parkiran tadi, Sera dan Shaga akhirnya turun dengan sesegera mungkin. Waktu sudah semakin sore, mereka terlambat hampir lima belas menit hanya karena Sera sering ingin adu mulut dengan Shaga, hal itu membuat mereka berdua lama ketika makan.

"Gara-gara lo sih! Coba aja nggak minta disuapin kita nggak akan terlambat, kalau misalnya Mister Clay marah-marah. Lo yang harus marahin balik, tenaga gue udah habis gara-gara lo!" Sera masih tidak terima ia harus menyuapi Shaga. "Jadi, gue nggak bisa adu mulut sama Mister Clay."

Shaga tersenyum kecil, mengikuti langkah Sera dengan tenang, dengan tangan sesekali bergerak memainkan jemari Sera. Padahal tadi dirinya tidak minta disuapi, Sera yang memaksa menyuapinya karena katanya tidak ingin dicap tidak tahu diri.

Saat melintasi koridor, tidak sengaja tatapan Sera jatuh ke arah lapangan. Hari minggu ini ternyata banyak anak murid yang ke sekolah, termasuk para anak OSIS. Sera tidak tahu dalam rangka apa dan tidak ingin tahu juga. Namun, melihat Isabella berada di antara mereka Sera tersenyum kecil. Wajahnya masamnya berubah menjadi ceria seketika.

"Kayaknya jari gue pantesnya digenggam deh, daripada lo mainin," ujar Sera dengan suara kecil. Ia sengaja berhenti dan berjinjit untuk berbicara tepat di samping telinga Shaga.

"Tadi katanya nggak suka digenggam," gumam Shaga yang masih dapat didengar oleh Sera. Walaupun tak ayal tangan pria itu kini melingkupi dengan sempurna jemari Sera. "Tapi ngga papa, gue suka lo yang labil gini."

"Jangan banyak ngegombal, nanti rumus di otak lo hilang semua lagi." Jujur saja Sera sedang menyinggung Shaga yang selalu tampak bodoh di matanya selama ini, pria itu seakan tong kosong bunyinya nyaring. Orang yang diagung-agungkan padahal tidak ada ada isinya sedikitpun, berani taruhan, Shaga ini payah. Sera sudah melihatnya sendiri saat awal-awal mereka berkenalan.

"Itu bisa terjadi kalau mereka menghapal Seraphina, tapi gue ngepahamin. Jadi, nggak akan lupa." Shaga diam sejenak untuk menatap wajah Sera yang terbalut make up tipis. "Tahu nggak apa yang lagi berusaha gue pahamin?"

Sera sebenarnya tidak ingin tahu, tapi kepalanya seperti sudah disihir Shaga karena mengangguk tidak tahu diri.

"Gue lagi berusaha pahamin lo, lo ternyata lebih rumit dari apapun yang pernah gue temuin di dunia ini. Bisa bantu gue pahamin lo, enggak? Supaya gue bisa memperlakukan lo lebih hati-hati dan penuh kasih sayang. Gue takut nyakitin orang yang gue sayang karena gue nggak paham tentang orang yang gue sayang itu,"tukas Shaga membidik tepat di mata Sera yang selalu terlihat indah menurutnya. Mata yang selalu memancarkan tatapan sinis, tajam, meremehkan, dan ketidaksukaan itu selalu membuat Shaga larut kemudian melebur disana.

Sialan! Kenapa jadi begini. Sera membuang muka dan enggan menjawab.

*****

Lima puluh soal matematika dalam bentuk bahasa Inggris kini berada di tangan Sera. Gadis itu baru mengerjakan sebagian dengan alis mengerut, ia akhir-akhir ini kurang istirahat. Rasanya kepalanya akan pecah detik ini juga, ditambah puluhan soal matematika yang ia paksa untuk masuk ke otaknya.

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang