ENAM BELAS

1.8K 138 37
                                    

16. The Secret About Hartigan

~Secret, One Republic~

"Terkadang apa yang ditampilkan di berita dan kenyatannya itu berbeda."

___________________

Sera tidak tahu sejak kapan ia dan Shaga menjadi sedekat ini dan memiliki intensitas waktu bertemu lebih lama dari biasanya. Seperti saat ini, padahal mereka tadi berangkat bersama ke sekolah, tapi lihat sekarang? Siapa orang yang duduk di bangku Zoya saat ini. Ya, Shaga! Pria itu mengikutinya ke kelas dengan dalih kelas Sera masih sepi—jelas sepi—mereka berangkat sangat pagi hari ini.

"Ngapain sih lo ikutin ke sini? Mau mesum ya?" Sebal Sera, padahal tadi ia senang saat mendapati lingkungan parkiran masih sepi. Itu artinya ia masih memiliki waktu untuk mengisi energy di dalam tubuhnya sebelum bertemu dengan orang-orang di sekolahan dan melakukan interaksi dengan mereka. Namun, apa daya, Shaga justru mengekor dengan wajah tanpa dosa. Seolah yang ia lakukan itu adalah yang terbaik.

Shaga menumpukan dagunya di atas telapak tangan, lalu menatap Sera dari samping, gadis itu terlihat sangat manis jika sedang bersungut-sungut. Rasanya Shaga ingin memasukkannya ke dalam saku baju dan membawanya kemanapun ia pergi.

"Kelas lo sepi, kelas gue juga sepi, jadi gue disini aja sama lo. Nggak mau mesum, kan tadi udah. Nanti lo takut lagi sama gue," ujar Shaga dengan senyum geli yang terpatri di wajahnya. "Gue numpang baca buku disini aja, nggak bakalan ngeganggu!"

"Awas lo ya ganggu, gue usir dari sini," ancam Sera kemudian meletakkan bantal tangan yang ia ambil tadi dari loker. "Nggak boleh berisik, kalau napas lo kedengaran gue, gue tendang!"

"Iya, tidurnya jangan lama-lama, nggak baik buat tulang." Tangan Shaga terulur memperbaiki cara Sera duduk, dengan mudah pria itu membuat Sera kembali duduk dengan lurus di kursi dan menatap punggung kecil yang kini sudah sangat pas. "Gini aja, nanti gue bangunin dalam lima belas menit, ya? Badan lo bisa sakit semua nanti kalau lebih."

Sera tidak masalah dengan segala ultimatum Shaga, yang dikatakan pria itu memang benar, jadi ia tidak perlu menolak. Toh, dirinya tidak dirugikan disini. "Terserah lo aja!"

Senyum kecil terbit di bibir Shaga, kepalanya mengangguk dua kali dan ia mulai mengeluarkan buku dari dalam tasnya. Computer Architecture tertulis dengan jelas di halaman depan. Beberapa tahun terakhir Shaga tertarik dengan dunia teknologi.

Waktu terus bergulir dalam hening, beberapa murid-murid mulai bermunculan dari balik pintu. Tentu reaksi mereka terkejut saat mendapati Shaga, sang kakak kelas itu berada di sini, tepat di samping Sera yang tertidur. Pemandangan yang mustahil terjadi.

"Ngapain disini lo, bang?" tanya Hega turut andil dalam bertanya seraya melangkah mendekati Shaga yang kini memasukkan buku dalam tasnya dan menaruh telunjuk di depan bibir. Shaga melirik jam tangannya sesaat—baru dua belas menit.

"Oh, oke! Nanti gue minta penjelasan ya," ujar Hega kemudian melenggang pergi menuju kursinya. Shaga memang terkenal cukup pendiam dan tenang, itu membuat Hega sedikit lebih kalem di samping temannya itu.

"Eum... Kak Shaga!" Suara seorang gadis yang berada tepat di samping meja Shaga membuat pria itu mengangkat kepalanya yang sejak tadi menoleh ke arah Sera.

Shaga menatapnya, lalu melirik benda persegi panjang yang terdapat di depan dada kiri milik gadis itu.

"Iya... Zoya? Ada apa?" tanya Shaga dengan suara tenang. "Lo teman sebangkunya Sera, ya?"

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang