DUABELAS

1.5K 116 10
                                    

12. Revenge

~Tutur Batin, Yura Yunita~

"This is not the time to cry, this is the time to think about a plan to make them cry too."

________________________

Sera tidak tahu jam berapa orang-orang bedebah sialan itu meninggalkan kediamannya, ia juga tidak mempunyai niatan untuk mencari tahu—Sera doesn't fucking care about that. Walaupun bisa saja dirinya langsung bertanya pada Bi Mawar yang tadi mendatanginya untuk memeriksa keadaannya, memastikan dirinya tidak apa-apa. Sera membenci ini, bagaimana bisa seseorang yang bahkan tidak menyakitinya mengkhawatirkan dirinya, sedangkan yang menyakiti dirinya justru menghilang entah kemana. Sera pun tidak perduli, tidak ingin perduli lagi. Ia terlalu muak.

Mata Sera bergerak liar menatap dinding kamarnya yang terpajang jam dinding, sudah pukul 02.34 dini hari. Namun, matanya bahkan tidak bisa terpejam sejak tadi, sesak di dada dan mata memanas membuat ia terus terjaga. Sera benci perasaan menyusahkan ini, ia juga tidak ingin mengakuinya. Semakin dirinya menepis, semakin terasa dadanya seperti dihimpit oleh sesuatu yang berat hingga terasa sesak dan membuat ia berapa kali menghela napas panjang untuk menghilangkan sesak.

"Why me?" Pertanyaan lirih saat ia menatap jendela terbuka, yang kemudian disusul suara rintikan hujan di luar sana. Sera menyingkap selimut tebalnya, lalu berjalan ke arah balkon kamar. "Kayaknya berenang bisa dinginin otak gue yang terasa panas karena dipenuhi rumus-rumus, deh." Apaan rumus-rumus? Alibi Sera sangat buruk.

Sera mengangguk yakin, ia berjalan masuk dan mengganti piyama satinnya menjadi baju renang zip-front berwarna hitam dengan aksen putih di bagian dada yang berbentuk vertikal melebar. Gadis itu membiarkan rambutnya terurai dan keluar dari kamar dengan tenang setelah melapisi bajunya dengan bathrobe putih, tidak terpengaruh dengan keheningan menyambut saat ia melangkah di lorong menuju tangga yang langsung terhubung ke halaman belakang rumahnya—sesak semakin membuat ia mempercepat langkahnya. Tiba di halaman belakang, Sera melangkahkan kaki jenjangnya ke arah poolside lounge untuk meletakkan bathrobe-nya di kursi putih yang digunakan untuk bersantai jika dirinya usai berenang.

Tubuh Sera yang hanya terbalut pakaian renang kini perlahan memasuki kolam renang sedalam dua meter, gadis setinggi 168 cm itu mulai menggerakan tubuhnya dengan lihai di dalam air yang kini dijatuhi rintikan hujan. Dingin yang Sera rasakan jelas berbeda dari biasanya, air hujan yang jatuh ke atas kolam renang menyebabkan peningkatan ketinggian udara dan membuat suhu air menjadi menurun.

Cukup lama Sera bolak-balik di dalam air, akhirnya gadis itu menyerah dan bersandar di dinding kolam dengan kaki yang memijak tangga kolam, "Muka gue basah!" Sera menyeka air di matanya dengan kasar. Namun, ternyata air itu bukan hanya berasal dari air hujan, karena suara isakan tangisnya berhasil membuat Sera sadar jika air yang membasahi wajahnya bukan hanya berasal dari air hujan saja tetapi juga air mata yang mengalir membasahi pipinya.

"Kenapa jahat banget sih sama gue?" Sera bergumam pelan seraya memukul dadanya yang terasa sesak, untuk sesaat ia ingin menangis walaupun sebentar. Karena Sera bukan orang yang bisa dengan mudah mengungkapkan tangisnya. Bahkan setelah memasuki junior high school hingga ia duduk di bangku kelas dua senior high school, Sera bisa menghitung berapa kali ia menangis dan tentu saja sendirian.

"Pas gue nggak sadar aja, dia nggak datang. Giliran tahu anak haramnya mau gue jeblosin ke penjara aja langsung bela-belain datang dan bela mati-matian sampai nampar gue," gumamnya lagi dengan suara isakan yang tidak kunjung memudar. Ditemani suara gemuruh hujan dan dinginnya malam, Sera membiarkan air matanya kembali turun. Menyerah untuk sesaat pada dunianya yang tidak pernah baik-baik saja.

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang