SEPULUH

1.7K 101 10
                                    

10. The Fight


~Warrior song, TheFatRat~

"I can fight anyone who gets in my way. "





___________________







Sera turun dari mobil alphard di loby dengan seragam khas hari seninnya, gadis itu kemudian melangkah santai memasuki gedung untuk menuju kelas. Namun, teringat Zoya juga sedang dalam perjalanan, ia memberhentikan langkahnya. Menunggu Zoya hampir sepuluh menit, tidak terlalu menghiraukan desas-desus di sekitarnya. Waktu Sera terlalu berharga hanya untuk menguping pembicaraan mereka.

"Morning!" Sapa Zoya, Sera mendengus kesal. Ia jadi harus menunggu selama ini padahal bisa saja dirinya kini duduk di kelas dengan tenang seraya membaca berita terbaru. Namun, melihat wajah pucat Zoya serta kantung mata gadis itu, Sera merasa jauh lebih tidak senang.

"Muka lo pucat!  Lo sakit?" Sera mengangkat tangannya, memegang dahi Zoya yang terasa hangat saat bersentuhan dengan dahinya.

"Nggak, cuman mungkin agak demam aja." Zoya menyanggah dengan senyuman tipis, wajah lelahnya memang tidak bisa disembunyikan dari Sera yang terlalu jeli.

"Itu namanya sakit! Lo pulang! Nggak usah sekolah kalau sakit. Sekarang pulang ke rumah, nanti dokter datang." Sera mengeluarkan ponselnya memencet-mencet layar selama beberapa menit, menghiraukan Zoya yang berusaha menyakinkan bahwa ia baik-baik saja. "Pak Sono udah puter balik buat jemput lo, motor lo simpan aja nanti biar orang gue yang anter pulang! Gue masuk duluan. Lo jadi orang pinteran dikit, kalau tahu demam nggak usah ke sekolah."

"Gue beneran baik-baik aja, nggak usah pulang lah. Untuk apa coba? Lebih baik gue di sekolah, yang nemenin lo nanti siapa?" tanya Zoya seraya menolak untuk dipulangkan. Sera ini suka seenak jidatnya. Sebagai orang yang dipercayakan langsung oleh Oma Helena untuk menjaga cucunya, tentu saja Zoya bertanggung jawab penuh atas semua hal yang gadis itu lakukan. Selain itu juga, Sera ini terlalu antipati. Ia tidak punya teman, musuh juga enggan mendekat.

"Gue udah biasa sendiri, udah nggak usah lebay. Sana lo pulang!" Tanpa mau mendengar bantahan lagi, Sera berbalik, melangkahkan kaki jenjangnya melewati lorong-lorong untuk menuju kelasnya yang berada di lantai tiga.

"Kalau ada apa-apa telpon gue," teriak Zoya agar gadis yang sudah berjalan sepuluh langkah itu dapat mendengarnya—ia takut akibat dirinya melarikan diri semalam Sera yang kena imbasnya.






******





Sera mengabaikan bisik-bisik di sekitarnya. Gadis itu terlalu malas meladeni orang-orang di sekitarnya saat di waktu seperti ini. Palingan seperti biasa mereka akan memuji-muji dirinya layaknya penjilat, di depan memuji di belakang menginjak-injak. Sera sudah hapal dengan orang-orang yang seperti itu.

Gadis itu berdiri di depan loker, berniat untuk mengambil buku yang akan ia gunakan selama sehari penuh ini. Baru saja pintu loker itu terbuka, kondisi di dalam loker berhasil membuat napasnya tercekat sesaat. Sera merasa untuk sekejap ia kehilangan kosa kata yang ia pelajari sejak kecil untuk beberapa detik.

"What the fuckin—" Sera menarik napas dalam-dalam kedua tangannya terkepal erat, siap untuk memukul apa saja yang ada di depannya. Ia mengambil buku-bukunya yang sudah tidak berbentuk di dalam sana. Mengeluarkan dengan wajah memerah. Suara bisik-bisik di sekitarnya berhenti, mundur perlahan melihat raut wajah Sera yang semakin menyeramkan.

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang