DUA PULUH TIGA

1.4K 151 14
                                    

23. Being Mad.

~Falling All In You, Shawn Mandes~


"Apa yang kamu lihat belum tentu kenyataannya seperti itu."







_________________







Sera tidak ingin bicara sepatah kata pun sejak setengah jam yang lalu mereka meninggalkan arena pacuan kuda. Sudah beberapa kali Shaga berusaha mengajak Sera bicara yang berujung diabaikan gadis berambut terikat satu itu. Baju latihan masih melekat di tubuh Sera dan Shaga yang masih menggunakan seragam sekolah.

Merasa tidak nyaman dengan situasi ini padahal beberapa waktu lalu mereka baik-baik saja membuat Shaga memberhentikan kendaraannya di jalanan yang cukup sepi dekat dengan perumahan Sera.

"Kenapa lo berhenti?" tanya Sera setelah tersadar mobil yang Shaga tidak melaju lagi. "Udah malam, Shaga! Gue mau pulang."

Shaga menoleh dengan raut wajah tenang khasnya, "Selesain dulu masalah kita. Kenapa lo tiba-tiba diamin gue?"

Kepala Sera segera bergerak ke sembarang arah, tidak mau menatap Shaga sedikitpun. Tangannya terlipat di depan dada, begitu arogan. Hingga suara helahaan napas Shaga terdengar memenuhi mobil, membuat Sera segera menatap pria itu dengan kesal.

"Lo kenapa napas kayak gitu? Nggak ikhlas nemenin gue? Mau ngeluh? Kalau nggak ikhlas seharusnya nggak usah maksa untuk nemenin gue tadi, mana diberhentiin di tengah jalan begini. Lo pikir gue apaan diperlakukan kayak begini sama lo?" sembur Sera begitu menggebu-gebu. Tangannya segera membuka pintu mobil, namun masih kalah cepat dengan Shaga yang lebih dulu mengunci pintu secara otomatis. Sebuah tatapan tajam yang ia lemparkan pada Shaga, saat pria itu berlaku sesuka hatinya. 

"Turunin gue! Buka pintunya, nggak usah nambahin rasa kesel gue, deh." Sera menepuk-nepuk bahu Shaga dengan raut wajah tidak santai, alisnya yang menukik, dan bibirnya yang mengerut. Namun terlihat menggemaskan di mata Shaga. "Nggak sudi gue di dalam mobil sama orang yang suka kesel, nggak sabaran, suka bete, dan nggak ikhlasan."

"Gue maksudnya?" tanya Shaga setelah terdiam cukup lama. Ia menatap Sera gemas sendiri, entah ada apa dengan gadis itu? Moodnya tiba-tiba saja jelak tanpa alasan yang belum Shaga ketahui penyebab pastinya. Lalu mengatakan hal yang tidak-tidak. 

"Siapa lagi? Nggak mungkin, kan, gue!" balas Sera tidak santai. Matanya menyorot Shaga sinis.

Sera ini... Shaga menggeleng kecil dengan senyuman tipis yang nyaris tidak terlihat, bisa-bisa jadi alasan Sera untuk memarahinya lagi jika ia melakukan hal tersebut. Terlalu beresiko menghadapi Sera yang sedang diserang mood jadi-jadiannya itu.

"Sayang, bukan gue nggak ikhlas nganterin lo atau pun nemenin lo. Enggak sama sekali. 
Why would I do that when I'm really waiting to be able to accompany you everywhere?"

Sera menutup mulut Shaga dengan telapak tangannya yang terasa dingin karena terkena AC mobil secara langsung. Namun, sebuah sapuan basah di tangan Sera membuat gadis itu segera menarik tangannya. Mata Shaga menyorot geli setelah menjilat dengan sengata telapak tangan itu.

"Shaga, ih! Jorok banget, ngapain ngejilat tangan gue stupid? Lo pikir tangan gue apaan? Jorok banget, sih," pekik Sera segera mengelap tangannya di bahu Shaga lalu segera meraih tisu basah yang berada di dalam dashboard. Sengaja ia taruh disitu, mengingat akhir-akhir ini dirinya lebih sering bersama Shaga kemana-mana. Dan Sera orang yang sangat tidak bisa hidup dengan benda tipis tersebut.

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang