ENAM

1.9K 124 11
                                    

6. Foolish Boy

~...Ready For It, Taylor Swift~

"Can killing him!"




___________________







Sera memperhatikan sekitarnya dengan pandangan sedikit risih yang berusaha ia tutupi, lalu mengalihkan tatapannya ke arah Shaga yang kini duduk di depannya begitu santai. Merasa ditatap, Shaga mengangkat kepalanya tersenyum santai dengan kedua alis terangkat.

"Ada yang salah?" Dari suaranya saja Sera sudah tahu jika sekarang ia sedang dikerjai. Bagaimana bisa mereka belajar di tempat seperti ini? Suara bising karena di sudut sana terdapat orang sedang bermain billiard, beberapa pelanggan cafe yang sangat norak di mata Sera. Bercengkrama dengan nyaring seperti tidak tahu tempat saja. Untuk Sera yang kehidupannya sangat ter-privasi, ia tidak pernah datang ke tempat seperti ini.

"Menurut lo? Are you crazy? Do you think we can study in a place like this?" balas Sera dengan alis tertaut kesal, ia mendesah tidak suka, memijat pelipisnya yang sedikit berkedut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Menurut lo? Are you crazy? Do you think we can study in a place like this?" balas Sera dengan alis tertaut kesal, ia mendesah tidak suka, memijat pelipisnya yang sedikit berkedut. Shaga benar-benar ingin bermain-main dengannya? Ia bahkan tidak sempat pulang setelah menghabiskan waktu hampir dua jam di tempat kursus mandarin-nya. Lalu, Shaga? Laki-laki kurang ajar itu berusaha bermain-main dengannya. Baiklah, jangan salahkan Sera jika kini ia memikirkan cara-cara terbaik untuk melepas banyak anak panah agar dapat menumbungkan dua musuhnya sekaligus. Isabella dan Shaga. Cukup! Keduanya memang satu paket. Menjengkelkan.

"Why not? Zoya bilang, lo suka di tempat yang ber-AC, tidak berduaan, dan yang paling penting bersih. Menurut gue ini termasuk ke dalam kriteria yang Zoya sebutin." Shaga mengangkat baju tak acuh, laki-laki berkaos hitam itu mulai membuka buku matematika yang terlihat baru.

"Ya mikir lah! Menurut lo otak kita bisa kerja di tempat ribut, berisik, nggak guna gini? Otak lo sebenarnya kemana, hah?" Sentak Sera dengan tatapan menajam, sesaat ingatan tentang Isabella yang selalu tenang jika ia mulai berapi-api membuat tersadar akan tujuannya. "I mean, kita bisa di tempat yang lebih tenang. Lo tahu sendiri, ini pertama kalinya gue ikut Olimpiade Math. Gue mau kasih yang terbaik untuk sekolah."

Shaga terpengarah, gadis ini memiliki kepribadian ganda kah? Baru beberapa detik ia marah-marah, tetapi mengapa sedetik setelahnya suara gadis itu berubah begitu manis. Bahkan dengan senyuman  kecil disertai kedipan yang menurutnya tidak lucu sama sekali.

"Muka lo dikondisikan! Jijik gue lihatnya."

What the—

Sera membuka mulutnya ingin berbicara, tetapi kata-kata seakan menghilang di tengah keterkejutannya setelah mendengar kata-kata kasar itu. Isabella dan Shaga menang cocok! Sama-sama tukang bikin darah tinggi. Menghembuskan napasnya yang sempat tercekat di tenggorokan, lalu kembali menormalkan ekspresinya kembali tenang.

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang