DUA PULUH SATU

1.7K 160 35
                                    

21. Better Than Me?

~Love, Keyshia Cole~

"Sialnya cewek pintar itu hanya mau dengan cowok yang bisa ajarin dia."





_____________________













Shaga mungkin saja bisa melangkah cepat dengan kaki panjangnya itu, namun saat diperhatikan ia justru berjalan sejajar dengan Sera yang berjalan cukup lamban. Seraya menyahuti ucapan-ucapan Sera. Di tangannya juga terdapat tas kecil yang berisikan kotak bekal untuk Sera, tadi pagi gadis itu hanya memakan sandwich tuna buatannya.

Saat bel istirahat berbunyi tadi, Shaga menjemput Sera ke kelas gadis itu untuk pergi bersama ke ruangan Mister Clay. Mengingat hari ini hasil tes kemarin keluar dan juga ada informasi yang akan diberitahukan oleh pembinanya itu.

"Kira-kira nilai gue berapa, ya? Gue beberapa hari sebelum tes kemarin belajar bener-bener, gue lemah di bidang matematika soalnya," ujar Sera dengan wajah penasarannya. "Kalau nilai lo berapa? Tahu nggak?"

Shaga menggeleng tenang, "Nggak tahu. Berapapun itu, kita hebat di bidangnya masing-masing, kan? Kalau memang nilai lo nggak sesuai harapan lo, itu wajar, karena lo baru belajar."

"Ck!! Nggak boleh, harus sesuai harapan, soalnya gue udah usaha keras buat ini." Sera berdecak tidak terima, terlebih saat melihat ruangan Mister Clay sudah ada di depan mata. "Shaga, tangan gue basah, coba pegang deh. Ini kenapa, ya?"

Tangan Sera terulur di depan Shaga yang langsung pria itu sambut baik dengan tangan kosongnya, dipegangnya tangan Sera yang terasa dingin dan berkeringat.

"Kok, berhenti?" tanya Sera saat Shaga berhenti melangkah dan justru menahan dirinya dengan menghalangi jalannya. Sera kebingungan, terlebih dengan jarak sedekat ini, dimana ia bisa menghirup harum wangi Shaga. Terasa kuat dan membuat Sera sulit bernapas. Rasanya jantung Sera bertalu dengan cepat hingga ia takut jika Shaga mendengarnya, menghindari hal memalukan itu Sera segera mendorong dada pria itu menjauh.

"Lo lagi gugup lihat hasil tes kemarin, sayang." Shaga berucap lembut, berharap kalimatnya bisa sampai pada Sera dengan baik. "Sebenarnya nggak papa kalau nilai lo nggak memuaskan, karena emang nggak semua orang harus sempurna di semua bidang. Mereka sempurna di bidangnya masing-masing. Kayak semalam, gue kagum banget sama lo yang banyak tahu soal animal. Yang gue denger juga, lo jago di bidang biology, kan? Kata mereka lo banyak raih medali di bidang itu."

"Tapi, gue udah usaha, kenapa nggak bisa sememuaskan nilai biology gue?" tanya Sera masih tidak mau menerima jika dirinya memang kurang berbakat di bidang math. Ia kekurangan tidur untuk berusaha memahami rumus-rumus itu-rasanya tidak adil-saat yang ia harapkan tidak seperti kenyataannya.

"Sayang... Pernah denger kalau ikan cuman jagonya berenang di laut, tapi dia nggak jago terbang kayak burung di angkasa. Sedangkan burung bisa terbang hebat di angkasa, tapi sampai kapan pun dia nggak bisa berenang di laut, mereka hebat di tempatnya masing-masing. Lo juga gitu, sayang." Shaga memegang lembut jemari Sera yang terlihat kecil di genggamannya, "Yang penting lo udah lakuin yang terbaik, Seraphina."

Sera terdiam, ia berusaha mencerna baik-baik setiap kalimat lembut yang Shaga katakan padanya. Sera merasa diajari dan dituntun baik-baik untuk mengerti tanpa harus merasa dipojokkan. Awalnya memang ia ikut lomba ini hanya untuk bisa dekat dengan Shaga, tapi saat menjalaninya, saat ia berusaha serta mengerjakan soal-soal itu. Sera ikut terjun untuk berusaha memantaskan dirinya lebih baik lagi. Hingga berakhir ia memupuk harapan di balik usahanya.

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang