SEMBILAN BELAS

1.7K 162 53
                                    

19. Dark Past

~Mendarah, Nadin Amizah~


"Sakit itu ternyata belum menghilang walaupun waktu telah berlalu."



__________________




Sera tidak tahu apa itu keberuntungan yang sebenarnya. Namun, kata orang-orang jika mereka meminta dengan sungguh-sungguh maka keberuntungan itu akan datang pada yang berdoa. Saat ini—detik ini Sera mengharapkan itu setelah sekian lama ia tidak pernah berharap pada Tuhan.

"Wajah kamu jangan seperti itu, Sera. Kita sebentar lagi bertemu dengan keluarga besar," ujar Oma Helena yang berhasil menyeret paksa Sera ke Surabaya pagi-pagi sekali.

Padahal tadi Sera sudah akan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah bersama Shaga, tapi Oma Helena mendatangi kediamannya lebih dulu, memaksa dirinya dan juga Hilma sekaligus. Sialnya, papahnya itu juga berada di rumah. Sera benci ini—apalagi dengan terpaksa ia ikut karena Bi Mawar langsung yang memohon padanya.

"Aku nggak mau ikut, tapi tetap dipaksa. Jadi, terima apa adanya aja mukaku, jangan protes!" seru Sera dengan pandangan ke arah jalanan yang mereka lalui.

Akhir-akhir ini Hilma jauh menjadi lebih pendiam, jarang berbicara atau memancing keributan dengan Sera. Persetan juga dengan itu, Sera tidak perduli dan tidak ingin perduli lagi.

"Kamu ini, kamu harus pintar-pintar jaga sikap di depan yang lain. Nggak lama! Cuman sampai kamu jadi Chief Executive Officer pengganti Papah mu, sebelum itu kamu butuh dukungan dari para pemegang saham, tapi jika mereka melihat kelakuan kekanakan mu ini pasti mereka akan berpikir lagi. Kamu tahu, selain kamu, kandidat terkuat ada di cucunya Kromo, kakak tiri Oma. Dia baru saja lulus magister tahun ini, saingan kamu bukan main-main."

Sera mendengus malas, ia semakin membenci keadaan dan takdirnya saat Limousine berwarna hitam itu memasuki mansion bergaya modern. Kediaman Jenggala yang berada di Surabaya, seharusnya pertemuan rutin ini diadakan di Jakarta seperti biasa, tetapi istrinya Kromo katanya sedang sakit. Jadilah diadakan di Surabaya.

"Kalian berdua jaga sikap, jangan sampai mereka mengetahui hubungan hancur kalian ini," ujar Oma Helena sebelum akhirnya turun saat salah satu kepala pelayan membukakan pintu mobil.

Kalian pikir Sera akan menurut? Tentu saja tidak, dia sudah mengorbankan diri ke Surabaya pagi-pagi sekali hanya untuk ikut melakukan pertemuan keluarga sampah ini. Jadi, jangan memaksanya untuk mengikuti ritual lainnya lagi.

"Emang sudah hancur, mereka juga sudah tahu, untuk apalagi ditutupi." Setelahnya Sera melenggang masuk tanpa memperdulikan Omanya yang menatap dirinya berang.

Hilma menghela napas saat ikut terkena imbas kekesalan Oma Helena, "Gara-gara kamu Sera jadi semakin sulit diatur. Seharusnya kamu itu jangan semakin bodoh Hilma. Apasih yang ada di otak mu itu?"

"Udah mom, banyak anggota keluarga yang lain. Kita masuk saja, pasti mereka sudah menunggu, Sera juga minta agar dia segera pulang. Jadi, turutin itu secepatnya," tutur Hilma dengan raut lelah. Ia juga baru kembali semalam dari perjalanan bisnis. Berkeinginan untuk bersantai hari ini, justru dirinya harus ikut terseret kemari. Tahu begini dirinya tidak usah kembali saja semalam.

Kedatangan mereka tepat pada saat jam makan siang. Anggota keluarga sudah berkumpul di ruang makan setelah menyambut kedatangan Helena berserta anak dan cucunya.

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang