DUA PULUH EMPAT

1.6K 132 14
                                    

24. Planning

Sera meraih album foto yang berada di perpustaan lantai tiga rumahnya. Malam sudah sangat larut, jadi tidak mungkin ada yang memasuki ruangan ini, Sera memikirkan itu dengan yakin hingga kini ia berada di ruangan penuh dengan buku. Gadis itu membawa album hitam bersamanya untuk duduk di sofa panjang yang tersedia di tengah-tengah ruangan. 

Mulai membuka isinya yang telah lama Sera lupakan, akan tetapi terpaksa ia ingat lagi beberapa jam yang lalu saat Shaga menanyai dirinya. Lembar pertama hanya berisikan foto-foto saat ia masih bayi, tidak sadar Sera menerbitkan sentum tulus, begitu juga beberapa lembar berikut yang berisikan foto perkembangan dirinya. Semua itu abadi di sana, memberi tahu Sera ia pernah begitu bahagia karena dilahirkan ke dunia ini dulu. Lalu di lembar berikutnya terdapat foto Sera, Hilma, dan Yiren. Entah saat berlibur di pantai-pantai yang hampir seluruhnya sudah mereka jelajahi atau foto-foto saat Sera berulang tahun. Keluarga yang membahagiakan itu kemana sekarang?

Ternyata sebanyak itu dan hanya abadi di dalam album kusam yang tempatnya jarang dijangkau. Sera—merasa ingin kembali ke masa kecil—merasakan lagi kebahagian yang ternyata saat besar tidak bisa ia rasakan.

"Seharusnya si Hilma itu nggak bawa masuk anak haramnya itu ke rumah ini, pasti Mamah masih ada. Nggak perlu ada Sera malang."

Tidak ada tangisan—air mata Sera telah lama luruh dalam ingatannya di masa lalu—yang tersisa hanya sebuah dendam untuk membalas orang-orang yang berlaku jahat pada Mamahnya. Yiren.

Suara pintu terbuka dengan langkah kaki yang memasuki ruangan membuat Sera berdiam menatap kedatangan tidak terduga itu. Ternyata Hilma—Papahnya. Oh, pria tua itu ternyata sudah pulang dari perjalanan bisnisnya. Lalu, mengapa dia mengunjungi ruangan ini? Ingin mengambil sesuatu. Sera tidak perduli. Ia segera bangkit dengan tangan menenteng album lalu meletakkannya kembali ke tempat semula.

"Udah malam, seharusnya kamu tidur," ujar Hilma setelah menyadari keberadaan Sera di ruangan yang sama. Ia melirik benda yang Sera letakkan.

"Sera, Papah bicara sama kamu," seru Hilma saat Sera hanya melangkah melewatinya tanpa menoleh sedikitpun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sera, Papah bicara sama kamu," seru Hilma saat Sera hanya melangkah melewatinya tanpa menoleh sedikitpun. Ia meraih album foto yang Sera buka tadi, melihat itu buru-buru Sera melangkah ke arah Hilma.
Direbutnya album itu lalu disembunyikan di belakang tubuh. "What are you doing?"

"Apa lagi? Jauhkan album milikku darimu, jangan sentuh-sentuh barangku. Kamu tidak berhak," ujar Sera kemudian segera berbalik pergi tanpa ingin menoleh sedetik pun. Meninggalkan Hilma dalam keheningan perpustakaan yang membelit.

"Apa aku melakukan kesalahan sebanyak itu, Yiren?"

******

Zoya mendatangi Sera pagi-pagi sekali, bahkan disaat matahari tidak menampakkan dirinya atau langit berganti menjadi cerah. Ia memasuki kamar Sera yang luasnya dua kali lipat dari kamarnya. Menunggu lima menit, Sera keluar dengan seragam lengkap dan wangi semerbak gadis itu memenuhi kamar. Lihat tuan putri kita melangkah percaya diri, seolah tidak mengacaukan jam tidur seseorang semalam.

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang