DUA PULUH LIMA

1.2K 140 19
                                    

25. Ancaman






"Bukan gue, Clara!" Suara Isabella terdengar serak saat pertama kali Sera memasuki ruang konseling. Gadis itu segera menoleh setelah sadar kedatangan Sera. "Pasti lo, kan? Lo kenapa nggak suka gue sih? Gue nggak pernah buat sama lo. Kenapa lo sejahat ini sama gue? Apa salah gue, Sera?"

"Tutup mulut lo,"sela Shaga mendengar ucapan yang ditujukan pada Sera. Pria itu berdiri menjulang di belakang Sera. 

"Kak... Please, dia cuman manfaatin lo, sekarang dia juga berusaha adu domba gue sama Kak Clara. Terakhir kali Kak Clara sama Sera berantem, kan? Ini mungkin salah satu ulahnya,"ujar Isabella penuh keyakinan. Tidak lupa telunjuknya mengarah pada Sera. 

"Jari lo bisa turunin nggak? Nggak sudi gue ditunjuk sama orang playing victim kayak lo." Sera menatap Isabella sinis. 

"Diam kalian semua! Kalian ini benar-benar tidak punya sopan santun ya? Bicara seenaknya sedangkan kalian punya guru disini, kamu juga Shaga, kenapa ikut masuk? Hanya Sera yang dipanggil atas permintaan Isabella," ujar Miss Kimberly setelah memukul penggaris kayu. 

"Untuk apa Sera dipanggil? Lo jangan nuduh sembarangan, don't across your line bitch!" desis Shaga bersamaan dengan tatapan tajamnya yang mengarah ke Isabella. 

"Shaga... Mulutmu kenapa sekarang seperti ini, Sera jangan ajari yang salah pada Shaga."  

"Dih, saya juga yang kena," ujar Sera dengan suara begitu kecil. Ia mendelik tidak terima pada guru konselingnya itu. "Jadi, Miss kenapa saya dipanggil kemari? Saya ingin istirahat dan belajar bareng Shaga."

"Kata Isabella, dia yakin kamu yang merusak barang-barang dan lembar latihan olimpiade Clara." 

Baru saja Shaga akan kembali menyela, Sera lebih dulu berbalik untuk menatap pria itu, "Diam atau keluar sana!" 

"Gue nggak suka lo dituduh-tuduh kayak gini,"ujar Shaga disertai dengusan kasar saat membuang wajah. Tidak kuat menatap Sera lama-lama seperti tadi. Gadis itu sangat menggemaskan. 

"Cuman karena katanya? Padahal yang saya dengar dari berita yang beredar udah adadar pengakuan dari satpam kalau Isabella yang ke sekolah tengah malam, Miss! Dan saya masih harus terserat cuman karena katanya itu? Sekolah ini krisis keadilan rupanya," ujar Sera tepat sasaran dan suara yang terdengar datar menunjukkan ia sedang dalam keadaan tidak ingin disela. "Saya diam saja karena kasus saya kalian tutup seenaknya dan membiarkan nama saya semakin tercoreng, sebenarnya kalian ini dibayar berapa sama Mommynya? Biar saya bayar berkali-kali lipat, uangnya saja dari perusahaan keluarga saya." 

Tanpa perlu merasa ragu Sera membeberkannya. Clara sudah tahu juga jika ia dan Isabella adalah saudara, pihak sekolah pun sudah pasti tahu, Shaga sendiri? Sera tidak ingin terlalu ambil pusing soal pria itu. Lagipula apapun yang ada di dalam sini sangat sulit beredar keluar, terutama rahasia besar keluarga Jenggala. Mereka memiliki anak haram, bernama Isabella. 

"Sera tutup mulut mu!" Bentak Miss Kimberly tidak suka dengan penuturan Sera. 

"Miss yang seharusnya tutup mulut, jangan hanya berbicara tidak penting dan tidak berdasarkan fakta, saya bisa melaporkan Miss ke pihak dewan sekolah jika seperti ini," tukas Shaga menjadi garda terdepan Sera. Untuk pertama kalinya ia benar-benar bertindak sebagai keturunan Hartigan yang memiliki stabilitas tinggi. 

Miss Kimberly terdiam di tempatnya, menatap Shaga tidak menyangka.

"Saya tidak bermaksud untuk bertindak tidak sopan, Miss. Tapi melihat ketidak adilan kepada Sera tentu saja saya tidak terima," lanjutnya terdengar lebih tenang dari sebelumnya tanpa mengurangi sedikitpun ketegasan dalam setiap kalimatnya.

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang