EMPAT BELAS

1.7K 144 52
                                    

14. Our couple

~Jatuh Cinta, Tulus~

"Tatapan itu tidak bisa berbohong."







______________________






"Halo, Shaga!"

Tidak sopan memang, tapi apa perduli Sera. Mereka hanya beda satu tahun. Walaupun sudah sering kena hardik Shaga sebelumnya karena bertingkah tidak sopan, Sera tetap pada perilaku buruknya yang menurut dia itu sudah benar.

Shaga, pria dengan hoodie hitam yang pertama kali Sera lihat itu membalikkan tubuhnya. Kedua tatapan mereka berjumpa, tapi bagi Sera ia seperti baru pertama kali melihat tatapan ini atau sudah pernah? Tetapi dimana? Sera merasa tidak asing. Rasanya ada yang berbeda, tapi apa? Di depannya ini masih orang yang sama, orang yang mengatai dirinya murahan kemarin dan kemarinnya lagi.

Sebenarnya jika bukan karena ambisinya, sudah pasti ia tidak akan sudi seperti budak cinta. Tidak ada cinta di kamusnya, tidak ada hubungan. Bagi Sera itu cuman ilusi semata yang kapan-kapan bisa membunuhnya.

Jadi, saat dikatai seperti itu jujur saja Sera biasa-biasa saja. Tidak terpengaruh sama sekali.

Tapi kenapa, saat ini tatapan Shaga memengaruhinya? Mata itu menyorotkan suatu hal yang tidak pernah Sera pelajari. Netra hitam legam yang dibingkai dengan bulu mata panjang serta lebat, cukup membawa kelembutan hingga Sera ingin menatap lebih lama. Terlalu hanyut padahal biasa ia sendiri ogah menatap pria itu. Katanya sangat kurang kerjaan.

"Seraphina."

Pertama kalinya dan Sera menyukai saat namanya disebut dari mulut Shaga. Walaupun pelan dan lambat, Sera suka. Ah—tidak masuk akal. Buru-buru Sera menggelengkan kepalanya, melangkah maju dan berdiri di samping kiri pria tinggi itu. Sesaat matanya menatap ke arah lapangan, saat menemukan sasarannya ia tersenyum miring.

I got you, bitch.

Ternyata perasaan seperti ini jauh lebih membuatnya hidup. Dimana ia melihat Isabella yang menatap ke arah mereka berdua dari bawah sana dengan tangan terkepal erat.

"Tipe lo udah berubah belum?" tanya Sera menuntut pada Shaga. Ia menatap pria itu sepenuhnya dengan tangan terlipat di depan dada. "Gue udah ngebet jadi pacar lo, nih."
Sera sendiri merasa geli saat mengatakan itu.

"Tipe gue nggak pernah berubah." Tatapan Shaga semakin intens, ia menatap lamat-lamat wajah kecil di depannya itu. Meneliti satu-satu seakan mencari sesuatu.

"Yah ... Terus kapan berubah? Kita pacaran terus ciuman kalau udah berubah nanti. Katanya orang ciuman itu menimbulkan efek dimana perut lo bakalan banyak kupu-kupu, tapi secara ilmiah hal itu dikarenakan aktivitas bangsa ganglia yang ada di otak hingga menyebabkan respons biologis, jadi tungkai saraf vagus akan aktif dan bergerak dari otak ke usus. Jadinya, perut kita kayak ada geli yang biasa orang lebih-lebihkan, dimana ada kupu-kupu berterbangan, manusia-manusia alay itu pasti nggak tahu proses sebenarnya." Sera mengoceh panjang lebar, memberitahukan ilmu yang sudah ia pelajari.

Shaga terkekeh pelan, hal itu berhasil membuat Sera terpengarah. Bukan karena ketampanan Shaga yang meningkat karena saat tertawa lesung pipi pria itu begitu nampak jelas—ah tidak, itu sebenarnya salah satu alasannya. Tapi, penyebab adalah karena baru kali ini pria itu bersikap lebih ramah, bahkan tertawa karena ocehannya. Boro-boro tertawa, biasanya Shaga akan melemparkan tatapan sinis dan tidak bersahabat, tipikil orang yang menunjukkan terang-terangan ketidak sukaanya.

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang