TIGA PULUH

1.5K 150 62
                                    

30. Butterfly


Zoya menendang pintu putih berbahan dasar kayu itu dengan kekesalan yang memuncak. Sudah beberapa hari ia terkurung disini karena manusia setengah biadap yang pernah menjabat sebagai pacarnya. Sialan! Sudah jadi mantan kenapa semakin sinting?

Bahkan pria itu menyabotase menghilang dirinya dari dunia luar dengan alasan ia sedang berlibur ke Thailand selama beberapa hari. Kurang sinting apa lagi dirinya di dalam sini?

Mendengar suara langkah kaki yang mendekat, Zoya mundur perlahan dari pintu, sudah siap dengan tangan memegang vas bunga yang ia dapat di atas lemari saat dirinya berusaha mencari cara untuk kabur.

Ketika pintu terbuka tanpa menunggu lama, Zoya menyerang acak orang yang memasuki kamar. Memukul hingga membuat vas berbahan dasar keramik itu pecah berderai di atas lantai, diikuti oleh lolongan panjang yang terdengar memilukan.

Zoya langsung mundur saat orang itu terjatuh tertelungkup di atas lantai. Namun, mendengar suara renyah membuat Zoya tersadar orang yang telah pingsan ini tidak datang sendirian.

"Untung gue suruh orang gue duluan masuk, firasat gue ternyata benar. Lo sekarang kayak anjing rabies, ini pasti karena ulah Sera, kan?"

"Nggak ada hubungannya sama Sera, anjing!" Zoya sudah kelewat muak hingga ingin rasanya melenyapkan orang di depannya ini.

"Biasa aja lo bangsat!"

Zoya mendengus malas, "Keluarin gue dari sini Shaka! Gue punya kehidupan sendiri di luar sana. Bisa berhenti gila nggak?" Sudah malas ia bersikap tunduk di depan Shaka. Kembaran sintingnya Shaga yang beberapa hari lalu muncul di depannya dengan dandanan yang sangat mirip dengan Shaga.

"Enak aja lo ngatain gue gila! Mau lo gue pasung di dalam sini?" Bentakan Shaka terdengar menggelegar di telinga Zoya. Shaka melangkah mendekati Zoya yang nyalinya semakin menciut di tatap seperti itu oleh Shaka.

"Ayok having sex setelah itu gue bebasin."




******



Cafe dengan nuansa perpustakaan itu terlihat sepi saat Sera menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di tempat ini, gadis dengan stelan kebanggaannya itu tanpa tidak sadar memindai seluruh isi cafe saat Shaga menghela pinggangnya untuk duduk di dekat jendela terbuka.

"Ini seriusan disini makanannya enak?" Kalimat pertama setelah ia sampai di cafe yang Shaga sarankan. Tempat mereka akan belajar bersama sekaligus mengisi perut seperti saran pria itu.

"Serius, walaupun gue jarangjarang makan di cafe tapi gue yakin seratus persen lo bakalan suka sama tempat ini." Shaga melepas jaket bombernya lalu diletakkan di atas paha Sera yang hanya tertutupi oleh sepotong kain yang menutupi setengah pahanya.

Beberapa rak yang dipenuhi buku menempel di dinding bahkan hingga menyentuh bagian atap, lalu ruangan yang didominasi oleh warna coklat serta putih itu semakin membuat cafe ini terlihat hangat. Walaupun sangat sepi, sepertinya Sera tidak masalah berlama-lama disini. Saat waiters datang dan Shaga memesankan makanan Sera hanya melihat-lihat saja, setiap mereka berpergian pria itu lebih sering mengurus makanannya dan semua yang Shaga siapkan tidak pernah gagal di lidah Sera.

"Lo tahu tempat ini dimana?" Sera memulai percakapan setelah kepergian waiters tadi. Ia memangku tangan dengan mata tidak berhenti melihat-lihat. Kesana kemari menatap keindahan cafe yang Shaga rekomendasikan ini, kemana saja dirinya selama ini baru mengetahui tempat senyaman ini untuk digunakan saat belajar ketika sedang suntuk di rumahnya. Tempatnya juga sepi, jadi Sera tidak perlu takut merasa risih di tengah keramaian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INVISIBLE STRINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang