Bathtub

7.3K 232 4
                                    

Hi..guys..

Gak nyangka nie, udah nyampe aja di Part 7

Guys jangan lupa ya baca cerpen aku juga hehe .. Maksa

Tetapi ingat jangan sampai menangis ya kalau baca cerpenku hihihi.."my eyes are your eyes." di cek ya.

Ok .. Guys happy reading nie.. Di part 7.. See u..





Kharina pov.

Hari mulai petang, awan kini telah berwarna jingga.
Seharusnya aku berada di rumah Zayn saat ini, tetapi aku enggan untuk pulang ke rumah, aku malas setiap hari harus melihat wajah Zayn yang masam bila dia bersamaku.

Tetapi, kaki ini terasa mengelitikku untuk mengajak pulang, namun aku harus memiliki harga diri, aku gak mau nyamperin duluan saat sedang ada pertengkaran, rasanya tidak etis jika aku menebalkan wajah datang ke rumah itu.

Lebih baik aku tidur saja di tempat Laundry, toh dia juga gak bakalan menyusul aku kemari, dia kan tidak tahu tempat Laundryku. Seengganya, malam ini aku bebas dari nafsu birahi laki-laki yang membuatku serasa menjadi istri pajangan di rumahnya.

Ya, walau aku memang selalu menikmati permainannya di atas ranjang, akhir-akhir ini di benakku selalu di hiasi dengan rupa tampan yang mirip dengan aktor india, hidung mancungnya yang selalu menggesek leherku, masih terasa walau tidak sedang bercinta.

"Gila, ini sungguh gila! Apa aku sudah tidak waras, membayangkan dirinya yang sama sekali tidak menginginkan diriku."

"Hey sayang!"

Terdengar suara romantis ketika aku terpejam membayangkan Zayn. Perlahan ku buka mataku, untuk mencoba melihat wujud dari suara itu.

Syok! Ya aku syok! Ketika membuka mata, sosok tampan berkulit putih, dengan mata sipit memakai kacamata minus, hadir di hadapanku. Ialah Ferry, mantan kekasihku, suami dari Mulan temanku.

"Untuk apa kau kesini?" tanyaku ketus sambail celingukan mencari-cari Mulan, karena aku tidak mau mencari masalah lagi. Aku tak mau bertikai kembali dengan Mulan. Sepertinya dia datang sendiri. Gumamku.

⭐⭐⭐

Zayn pov.

Aku tak rela.

Aku pulang ke rumah dengan membawa perasaan kesal, dengan apa yang terjadi tadi siang di rumah Venitha, aku benar-benar merasa bersalah kepada Kharina, untung saja aku tidak terpengaruh dengan keseksian tubuhnya tadi.

Yang ada dalam pikiranku hanya bercinta dengan Kharina, tidak ada lagi, walau dia masih terasa kaku di atas ranjang tapi mampu membuatku ketagihan. Inilah yang aku suka masih "ori".

Seiring berjalannya waktu dia akan ganas di atas ranjang, aku yang akan mengajarinya, menjadi suami sekaligus guru baginya! "Gumamku dalam hati."

Aku mencium bau wangi gulai sapi kesukaanku dari dapur, aku berjalan menuju dapur, kalau-kalau Kharina yang memasak. Ternyata bik Mimin yang memasak, "lalu kemana Kharina?"

"Masak bik?" tanyaku pada bik Mimin.

"Eh, tuan bikin kaget aja, iya ini bibik lagi masak kesukaan tuan Zayn." ungkap bik Mimin.

"Ok.., dimana dia bik?" tanyaku kembali

"Siapa tuan?" tanya bik mimin lupa

"Siapa lagi bik!" tegasku

"Ooo... Nyonya Kharina tuan, Nyonya belum pulang tuan dari tadi pagi." jawab bik Mimin.

"Apa?" pekikku kaget ketika mendengar Kharina belum pulang dari semenjak pagi buta.

Bukan istri pajangan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang