Part 22

5.7K 174 5
                                    

Zayn pov.

Langkah kakiku ku bawa untuk menaiki tangga yang berada di rumahku sendiri. Aku pulang untuk berganti pakaian, setelahnya aku akan pergi kembali, aku harus mencari Kharina hari ini, Jehan telah ngingetin aku akan kewajibanku sebagai seorang suami untuk mencari istriku yang tengah hilang.

"Sayang, aku merindukanmu, sungguh! Dimana kau Kharina, istriku?"  gumamku saat sudah berada di kamar kenanganku. Di kamar ini aku ingat saat aku mencubu dan di cumbu bersama Kharina.

"Akhirnya kau pulang juga! Apa kau lupa jalan pulang ?"  ucap seseorang yang bagaikan benalu di rumah ini

"Sudahlah diam, tidak usah mengoceh lagi, kau ini bukan istriku, jadi gak usah berlagi seperti istriku!!"  kataku pedas

"Zayn, aku ini ibu dari anakmu, kenapa kau berbicara seperti itu padaku?" ucapnya yang itu-itu lagi membuat telingaku enggan mendengarnya

"Cukup! Tidak usah kau ingatkan itu lagi padaku, kau tentu ingat apa ucapanku kemarin? Aku akan mengakui Zharina sebagai anakku jika kita sudah melakukan tes DNA seperti yang ku katakan tempo lalu."  ujarku mengingatkan kembali

Lantas aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian. Setelah beberapa menit berlalu, aku sudah keluar dengan keadaan bersih dari kamar mandi. Dan bersiap untuk pergi mencari istri tercintaku.

"Kau mau kemana lagi?"  seseorang telah menghentikan langkahku kembali. Ah, wanita ini, kenapa dia masih berlaga seperti istriku? Kharina saja tidak pernah banyak tanya seperti dia. Menyebalkan!

"Aku mau pergi, dan tidak usah melarangku! Kalau kau tidak suka dengan sikapku kau boleh pergi dari sini dengan segera!"  kataku tegas

"Dan ya, satu lagi, bersiaplah, besok pagi kita akan pergi ke rumah sakit untuk tes DNA."  sambungku lagi. Aku pergi meningglkan dia yang tengah berisik memanggil namaku. Membuatku jengah.

"Tuan, tuan mau kemana?" bik Mimin menanyaiku saat aku hendak membuka pintu utama rumahku

"Aku harus pergi bik, aku harus segera mencari dan menemukan nyonya rumah ini yang sesungguhnya."  ujarku menjelaskan

"Baik Tuan, bibik do'akan semoga tuan cepat menemukan nyonya Kharina dan membawanya pulang kembali."   bik mimin memberiku semangat dan do'a

"Makasih bik."  kataku lantas pergi ke garasi untuk menaiki Ferrary -ku. Di garasi ada mang cecep yang siap mengantarkanku. Tapi aku enggan untuk di antar siapapun. Aku ingin mencari Kharina sendirian saja.

"Tidak usah mang, tidak usah mengantarku. Aku mau pergi sendiri saja."  ucapku saat mang cecep tengah membukakan pintu mobil untukku

"Baiklah Tuan, silahkan!"  ujarnya.

▫▫▫

Saat tengah berada di jalan raya, aku kebingungan harus mencari Kharina kemana. Kota Jakarta ini luas, tentu bukan satu atau dua tempat yang harus ku datangi. Aku bingung harus mengawali jalan dari mana.

"Asep! Ya asep, aku harus menemuinya ke laundry, kenapa aku bisa lupa kalau istriku memiliki laundry? semoga dia berada disana."  tiba-tiba Asep muncul dalam benakku.

Kuparkirkan mobilku saat sudah di depan kedai laundry Kharina. Disitu nampak Asep yang tengah sibuk dengan para pelanggannya. Laundry Kharina ramai dengan pelanggan. Rasanya tidak mungkin jika aku menanykan Kharina kepada Asep. Sial! Tapi aku butuh informasi itu dari Asep sekarang.

Akhirnya aku turun dari mobil dan berjalan menuju Asep. Baru saja turun, aku sudah di kerumuni oleh para fansku yang berada di laundry, sehingga aku sulit untuk menggapai Asep disana.

Bukan istri pajangan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang