Part 20

14.5K 208 8
                                    


Author pov.

Dua minggu telah usai semenjak kejadian Kharina meninggalkan hunian Zayn yang juga huniannya. Semua rencana yang sudah di susun untuk keberangkatan menghadiri Awards, telah gagal. Namun Zayn tetap mendapatkan piala kemenagannya sebagai aktor pria berbakat. Sang manager-nya lah yang menerima piala penghargaan karena Zayn tidak hadir ketika itu, lantas mengantarkannya ke kediamannya. Venitha yang kini bersarang di rumah Zayn sejak kejadian malam dua minggu lalu, dia menerima piala tersebut, dan mengantarkannya kepada Zayn yang ketika itu tengah berada di paviliun di belakang rumahnya.

"Sayang, tadi ada Laura manager-mu mengantarkan piala ini untukmu!" Venitha mendekat dan meletakan piala itu di atas meja depan Zayn. Venitha amat kesal kepada Zayn yang akhir-akhir ini telah menjadi patung di rumahnya, selalu saja menyendiri di paviliun. Dia enggan bicara pada Venitha, hanya memberi senyuman hangat untuk Zharina saja. Menurut Zayn, seorang anak tidak boleh mendapat imbas kekesal dari orang tuanya.

Dia keluar tanpa melirik piala kemenangannya, juga tidak melirik kepada Venitha. Dia hanya mengelus kepala Zharina lembut yang ketika itu mengikuti Venitha dari belakang.

"Pipo mau kemana?" tanya si gadis kecil nan manis itu

Zayn seketika menghentikan langkahnya, dia membalikan badannya, dan di temuilah Zharina yang sedang menjilati ice creamnya, tampak belepotan lucu. Seketika Zayn melupakan kesedihannya. Memang seorang anak dapat merubah suasana hati seorang ayah yang tengah lelah berpikir dan penat. Kharina, dimana kamu sayang?-batin Zayn. Melihat Zharina ia merasa sedih dan teringat dengan Kharina yang tak tidak akan bisa untuk memiliki seorang anak.

▫▫▫

Di tempat lain, ada Mulan yang tengah terduduk di hamparan rumput yang luas di sebuah taman di daerah Bandung. Setelah kejadian beberapa hari lalu saat ia memergoki Ferry sang suami yang jelas-jelas telah telah berselingkuh dan tidur dengan wanita lain, ia memutuskan untuk pergi menyendiri di Bandung.

Ia terduduk sambil menatap hampa ke arah pemandangan pegunungan yang ada di hadapannya. Kedua kakinya ia tekuk, menyembunyikan wajahnya di antara kedua lutut yang tertekuk. Mulan terlihat seperti Frustasi, "Apakah dia benar akan menceraikanku?" bisiknya pada diri sendiri setelah mengangkat wajahnya kembali.

"Kenapa? Apakah kau sudah mengetahui semuanya?"

Tiba-tiba seseorang mengejutkan dirinya, dia terduduk di sampingnya, dia lebih terkejut lagi ketika dia melihat sosok nyata di depannya, Kharina.

"Kau? Kenapa kau ada disini?" tanyanya

Kharina tidak langsung menjawab, ia menekuk kedua lututnya sama persis seperti yang di lakukan Mulan. Mulan tidak dapat merasakan siapa saja yang hadir disana meski taman tengah ramai oleh pengunjung. Pikirannya tengah tertuju kepada maslah perceraian dirinya dan Ferry.

"Sudah berapa lama ya, kita tidak datang kesini?" tanya Kharina dengan pandangan lurus melihat pegunungan di hadapannya, setelahnya ia melirik ke samping kanan tepat di tempat Mulan.

"K-kenapa memangnya??" jawabnya ketus

"Iiiss iiss.. Kau ini, masih saja ketus, aku kan bertanya baik-baik"

Mulan tidak menjawab, dia mentap Kharina yang juga tengah menatap dirinya. Mereka saling menatap, merasakan ada kesedihan satu sama lain, Mulan dapat meraskan kalau Kharina sedang bersedih, seperti tengah menghadapi masalah. Sejak SMA dan Kuliah Bandung adalah tempat untuk mereka meluapkan sedih juga senang.

"Apakah dia sudah ketauan berselingkuh?" tanya tiba-tiba dari Kharina yang membuat Mulan terbelalak. Kharina mengedarkan pandangannya setelah berucap demikian, tetapi Mulan masih menatap Kharina dengan penuh tanda tanya. Apa dia tau semuanya?- batin Mulan

Bukan istri pajangan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang