Author POV.
Max terus melaju kan mobilnya dengan petunjuk arah yang sudah ia temukan dari jejak ban mobil tadi. Arah jalan itu telah membawa Max kesebuah tempat yang sepi, nampak sebuah bangunan tua disana, Max berhenti disana dan dilihatnya sebuah mobil jip berwarna merah, mobil itu mencurigakan karena terparkir di sebuah halaman bangunan tua.
"Apa Kharina ada disana??" tanyanya sendiri
"Aku curiga Kharina di bawa ke bangaunan tua ini" ucapnya lagi yakin
Tak tunggu lama ia masuk kedalam bangunan tua itu secara diam-diam dan mengendap endap. Tak lama pun anak buah Max datang yang telah ia telepon tadi.
"Bos, kami sudah datang!!" jelas si anak buah berisik"Sssstttt!! Jangan berisik, kita akan masuk kedalam secara diam-diam!!" perintah Max
Mereka berjalan menulusri lorong yang da di bangunan tua itu, tiba-tiba...
"Jangan.. Jangan apa-apakan saya, kasihani saya.." terdengar oleh Max suara wanita memohon, suara itu tak asing lagi
"Kharina..." ungkap Max kaget dan segera berjalan kearah suara yang berada di balik ruangan berbeda
"Hahaha...hahaaaa " gelak tawa dua pria yang menculiknya
"Drong, kita apakan wanita ini?" tanya si plontos
"Kita nikmati saja tubuh indanya, si bos kan sudah bilang, kalo wanita ini bebas kita mau apakan terserah kita, kebetulan sekali cuaca lagi dingin setelah itu kita akan membuangnya kejurang yang ada di belakang bangunan tua ini." ucap si gondrong mengerikan
"Betul juga lu drong, gue duluan ya!" tegas si plontos sambil bersiap
Kharina syok mendengar ucapan kedua penjahat itu, dia berusaha mundur untuk menjauhi si penjahat dengan wajah penuh ketakutan.
" mau kemana manis? Ayo sinih, temani abang sayang, abang lagi kedinginan nih..!!" ucap si plontos dengan memasang wajah yang tak sabar melumat tubuh Kharina
"Jangan, ku mohon jangan," ronta Kharina sambil melempar semua barang yang ada di dekatnya ke arah si botak, dan si gondrong hanya tertawa melihat wajah Kharina yang mulai ketakutan.
"Jangan jauh-jauh, abang udah gak sabar nih sayang!" ujar si botak sembari mendekap Kharina dan Kharina meronta berteriak meminta tolong.
"Brengsek!!" Max sudah tak tahan lagi mendengar rintihan Kharina yang meminta tolong, Max yang sedari tadi menguping di balik pintu, kini ia telah masuk dengan menendang pintu sekuat tenaga, hingga membuat si penjahat kaget dan terperangah menengok ke arah pintu.
"Max?? Max cepat tolong aku!!!" Kharina kaget sekaligus senang melihat Max ketika itu
Tak tunggu lama, Max menendang dada si botak dengan jurus salto nya, membuat si plontos jatuh roboh ke bawah.
"Heh! Siapa kau? Berani-beraninya mengacau di tempatku??" ujar si gondrong. Max hanya mendengus dan menyuruh anak buahnya masuk kedalam untuk memukuli si gondrong. Terjadilah disana perkelahian hebat antara penjahat dan anak buah Max yang berjumlah 3orang. Alhasil si penjahat luka parah dan anak buah Max yang menang.
Kharina berlari ke arah Max dan memeluknya, dia sandarkan kepalanya didada Max dengan di temani isak tangis yang hebat. Max balas memeluknya dia juga mencium puncuk kepala Kharina.
"Aku takut Max, aku takut mereka akan membunuhku." suara serak Kharina membuat Max getir
"Sudah,sudah, semuanya telah berakhir!" ujar Max sambil mengelus-elus rambut Kharina. Dalam hati Max ia tahu bahwa ada seseorang yang membayar penjahat itu untuk mencelakai Kharina, dia bertekad akan mencari orang jahat itu dan akan menghabisinya! Kedua tangan Max terkepal kuat dengan mata menyorotkan amarah terhadap orang yang tega demikian.