Part 14

8.4K 177 0
                                    

Kharina pov.

Dor..dor..dor..

Seseorang menggedor pintu kamar mandi yang sedang ku masuki, dia beteriak dengan nada yang khawatir, ya, aku memang mengkhawtirkan saat berada di dalam kamar mandi, entah kenapa perutku terasa mual, dan selalu ingin muntah terus, tanpa ada dari dalam yang ku muntahkan.

Akupun keluar saat sudah menetralkan rasa yang menggantung dalam lambungku, saat keluar aku melihat Zayn tepat di depan pintu kamar mandi, entah kenapa raut wajahnya terlihat panik saat aku keluar dari kamar mandi, dia mentap dalam kearah mataku, dia nampak panik melihat mataku yang merah seperti habis menangis, padahal aku tidak menangis hanya saja gara-gara muntah yang ku paksakan.

"Kamu tidak apa-apa kan?"

Aku menatap Zayn dengan penuh keheranan dan sepertinya banyak tanda tanya di sekelilingku. Lebay! Tanpa ku jawab pertanyaannya, aku berjalan menuju cermin rias, untuk melihat wajahku yang habis ku basuh di kamar mandi, nampak pucat lesu di wajahku. Zayn mendekatiku kembali.

"Apa kamu tadi mual-mual?"

Aku semakin bingung dengan dirinya, akhir-akhir ini dia mulai perhatian denganku, bukannya membuatku senang, malah membuatku seperti orang bodoh di depannya. Dengan rasa yang sedang malas ku rusakan, aku pun mengangguk dengan terpaksa.

"Yes!"

"Yes?" aku kaget ketika Zayn bergumam seperti itu, bukannya dia khawatir malah senang, benar-benar aneh.
Memang iya sih, saat aku memanggut menjawab pertanyaannya, expresi wajah khawatirnya menjadi raut wajah yang bahagia dan penuh semangat.

"Kharina, apa kamu mual, ingin muntah tapi tidak bisa kamu muntahkan, iya begitu?" tanya Zayn bawel

"Iya Zayn!"

Aku menjawabnya dengan intonasi nada kesal, karena aku malas di tanya-tanya olehnya, entah kenapa semenjak bangun pagi ini, aku malas untuk melihat wajah Zayn. Rasanya ingin marah jika memandang wajah yang seperti artis india itu.

"Ok! Kalau begitu ikut aku sekarang!"

Zayn menarik tanganku dan membawaku menuruni anak tangga, adegan ini mengingatkanku saat kejadian kedua kali kami bertemu, saat tanganku di tarik dari sebuah Cafe.

"Zayn! Sabar dong! Kamu mau ajak aku kemana? Bukannya hari ini kamu ada syuting?"

Zayn tidak menjawabku, malah membukakan pintu mobil untukku, akupun dengan di tuturi rasa bingung, akhirnya menurut dan masuk tanpa berceloteh dahulu. Saat di dalam mobil, dia sendiri yang memasang seatbeltku, seperti takut terjadi sesuatu padaku. ini sungguh mengherankan, sebenarnya dia mau membawaku kemana?

Saat di jalan, Zayn mengemudi dengan penuh semangat dan wajah berseri-seri, aku belum pernah melihat raut wajah seperti ini sebelumnya terpang-pang di wajahnya.

"Zayn, kita mau kemana?"

"Sudah, nanti kamu juga akan tahu!"

Ujar Zayn sambil membelai rambutku mesra, tiba-tiba belaian itu turun kebawah, sampai mencapai buah dadaku.

"Aw, Zayn jangan di pegang sakit tau!"

Zayn melirik ke samping kemudi saat aku mengaduh kesakitan. "Kenapa?" tanya Zayn panik kembali.

"Apa kamu tidak sadar? semalam kamu menyusu padaku seperti bayi besar! dan menggigit-gigit putingku sampai bengkak!"

"Hahahaha....tetapi kamu suka kan?"

Zayn malah ketawa mendengar ucapanku yang spontan jujur, memang dia itu ganas padaku saat kita bercinta, dia menyebalkan, entah kenapa melihat ketawanya, perasaan benci yang kudapat tadi pagi menjadi bertambah saat melihat dia ter kekeh-kekeh mentertawaiku.

Bukan istri pajangan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang