Part 19

6.4K 156 5
                                    


Author pov.

Zayn dan Kharina nampak terlihat anggun menjejaki anak tangga yang hendak mereka pijak dengan saling menautkan tangan,mereka hendak menemui tamu yang di bilang bik mimin sekalian akan langsung berangakat ke acara Movie Awards. Kebahagian terlukis di wajah dan di bibir mereka yang tak henti saling bersenyum ramah. Kenapa tidak? Ini semua karena Zayn sudah mengakui tentang perasaannya terhadap Kharina. Sehingga membuat Kharina kegirangan dan tidak percaya. Namun mungkinkah ke bahagian mereka akan terpancar selamanya ketika melihat sosok tamu yang ingin mereka temui di ruang tamu rumah yang megah.

Langkah Zayn terhenti begitupun dengan Kharina. Mereka kaget dengan tamu yang hadir di rumahnya. Dia adalah Venitha. Zayn tidak mengira Venitha bisa datang ke rumahnya, karena sebelumnya Zayn tidak pernah memberi tahu kepada siapapun tentang keberadaan rumahnya. Tidak pernah ada wanita lain selain Kharina yang menjejaki rumah tersebut.

"Venitha?"

"Selamat malam Zayn, ya dan untukmu juga Kharina?"

Zayn hanya terbengong, dan Kharina melihat ada anak perempuan kecil berusia 1,5 tahun berdiri di sisi Venitha. Lalu Venitha menggendong anak perempuan tersebut. Ya selama ini Venitha hanya dapat di lihat di dalam televisi, namun sekarang Kharina dapat melihat Venitha secara langsung. Kharina juga mengetahui isue Zayn dan Venitha lewat televisi.

"Venitha kenapa kau bisa tau alamat rumahku?" Zayn mulai mengeraskan rahangnya, Kharina coba memegang pundaknya agar Zayn tidak marah dan mengerti isyarat Kharina.

"Zayn, demi anakku pasti aku akan lakukan semuanya agar anakku dapat bertemu dengan ayahnya!"  ujar Venitha yang sudah bangit dari sofa di ruang tamu.

"Apa maksudmu? Memang yang kau gendong itu anak siapa?"

Venitha terdiam sejenak sambil memandang anak yang berada di dalam gendongannya. "Ini Zharina! Dia anakmu Zayn!" suara Venitha terdengar bagai petir bagi Zayn terutama bagi Kharina. Kharina dan Zayn saling berpandangan. Dan Zayn langsung memandang ke arah Venitha yang masih setia menggendong anaknya dengan expresi meyakinkan.

"Kau jangan mengada ngada Venitha!! Tidak, tidak mungkin dia anakku!!" sangakal Zayn

"Kenapa? Segampang itukah kau menolak anak ini? Kau tau dengan pasti kalau kita sering melakukannya di tempatku. Dulu kau selalu datang ke rumahku.. Untuk meminta tidur denganku."

Zayn menatap ke arah Kharina, di lihatnya Kharina yang sudah hampir menjatuhkan air matanya. Namun sebisa mungkin Kharina menahannya.

"Aku, aku...."

"Zayn, aku tau kamu marah padaku dulu saat aku pergi ke London untuk mengikuti lomba modeling. Tapi sejujurnya aku tidak pergi untuk ikut loma itu, aku justru membesarkan kandunganku disana yang saat itu baru berusia 4bulan setelah meninggalkan mu. Dan disana aku berjuang sendirian untuk melahirkan anak ini."

Didalam hati Zayn ada rasa percaya dan tidak percaya. Tetapi dia ingat terakhir dirinya menggauli Venitha dulu, dia lupa tidak sempat memakai pengaman.

"Kalau memang itu anak Zayn, kenapa kamu tidak bilang kepada Zayn dari awal kamu hamil?" tiba-tiba suara yang terdengar sedikit gemetar bergema di ruangan tamu. Suara itu berasal dari Kharina, dia mulai membuka mulut yang tadi hanya membisu.

"Kharina, masalahnya tidak semudah itu, aku berpikir lagi jika aku harus memberi tau Zayn dan meminta dia bertanggung jawab atas janinku. Mungkin karir Zayn akan hancur saat itu juga. Kau tau maksudku kan??" Venitha balik bertanya kepada Kharina.

Kharina menunduk berpura-pura memperhatikan high heels-nya. Sedang Zharina si gadis kecil itu meraih tangan Zayn, dia meminta di gendong, Zharina menangis karena Zayn tidak mau menggendongnya dan hanya menatapnya. 

Bukan istri pajangan.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang