Fans Akira & Alexia?

59 32 36
                                    

Apakah kalian pernah dibuat pusing karena harus memilih antara dua pilihan yang sulit? Itu, lah, sekarang yang sedang dirasakan oleh Rere.

Sejak tadi malam, Rere terus dihantui oleh sebuah kalimat yang terlontar dari mulut Akira. Ia bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena terus memikirkan tentang kalimat tersebut.

Rere menaruh kedua tangan di atas meja, mulai memberi pijatan pada keningnya yang terasa sangat pusing.

"Re, lu gak papa?" bisik teman sebangku Rere, seraya menaruh kepalanya di atas meja agar tidak ketahuan oleh guru yang sedang menjelaskan materi pelajaran.

"Kepala gue pusing banget, Dir," jawab Rere, masih terus memijat kening.

"Lu sakit? Ke UKS, yuk? Gue anterin." teman sebangku Rere sontak menegakkan kembali kepalanya, dengan cepat menggerakkan tangan untuk mengecek suhu badan Rere.

Rere menggelengkan kepala. "Nggak usah, Dir. Gue gak papa, kok."

"Tapi, Re, badan lu panas, loh."

Rere menghentikan pijatannya, menoleh ke arah gadis yang duduk di sampingnya, dan tersenyum paksa. "Gue gak papa, Dir. Cuma pusing gara-gara gak paham sama materi hari ini doang."

Seorang guru perempuan yang sedari tadi menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas sontak berteriak, saat melihat dua orang siswinya sedang mengobrol, dan tidak memperhatikan dirinya.

"Regita Anastasya Putri! Indira Faranissa! perhatikan ke depan!"

Rere dan Indira melebarkan mata saat mendengar teriakan itu. Mereka berdua sontak kembali menghadap ke depan agar tidak mendapatkan masalah dari guru perempuan itu.

Bel pertanda istirahat Batara Senior High School telah berbunyi, membuat para siswa-siswi berbondong-bondong keluar meninggalkan kelas, untuk mengisi perut yang sudah keroncong di kantin.

Di dalam kelas XI MIA 2, kini terlihat Rere dan Indira sedang memasukkan semua buku pelajaran milik mereka ke dalam tas masingmasing.

"Ayo, ke kantin, Re," ajak Indira, mengulurkan tangan kanannya agar digenggam oleh Rere.

Rere mengangguk, menggenggam tangan Indira, dan berusaha bangun dari duduknya. Namun, saat Rere baru saja berdiri, ia harus kembali dibuat terduduk ketika merasakan pusing di bagian kepalanya semakin menjadi-jadi.

Indira yang melihat sang sahabat kembali terduduk dengan tangan memegangi kepala pun melebarkan mata. "Re, lu gak papa?"

"Kepala gue makin sakit, Dir," jawab Rere, mengerang kesakitan.

Indira kembali mengecek suhu badan Rere. Ia semakin semakin melebarkan mata saat merasakan suhu badan sang sahabat semakin panas. "Kita ke UKS, ya?"

Rere hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

Indira mengalihkan pandangan ke sekeliling ruangan, mencari seseorang yang  dapat membantunya membawa Rere ke UKS.

"Zee, sini," panggil Indira, melihat seorang gadis yang baru saja memasuki kelas.

Mendengar namanya dipanggil, gadis bernama Zee itu sontak menoleh, lalu berjalan mendekati tempat Rere dan Indira berada.

"Kenapa?"

"Tolong bantuin gue buat bawa Rere ke UKS, Zee. Lu bisa, kan?" jawab dan tanya Indira, menatap penuh harap ke arah Zee.

Zee menundukkan kepala, melihat Rere yang sedang memijat kepala seraya terus mengerang kesakitan. Ia mengangguk, memapah tubuh Rere bersama dengan Indira.

•••

"Sayang! Kamu gak papa?!" teriak seorang cowok yang sedang berlari memasuki ruang UKS.

Rere, Indira, dan seorang dokter perempuan yang sedang berada di dalam ruangan UKS sontak menoleh ke arah cowok tersebut.

Rivalry Or RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang