Waktu menunjukkan pukul 15.00. Bel pertanda pulang sekolah SMA Bima Sakti telah berbunyi, membuat para siswa-siswi yang sedari tadi mengantuk sontak kembali menjadi segar. Di depan perkiraan sekolah, kini terlihat Akira dan Karin yang baru saja keluar dari dalam gedung, lalu berjalan memasuki mobil.
Akira melajukan mobil milik Karin dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Ia berusaha menghilangkan jejak saat menyadari sang kakak dan kelima sahabatnya sedang mengikuti dirinya dari arah belakang.
"Akira, kenapa?" tanya Karin, mengerutkan kening, melihat Akira yang terus menambah kecepatan mobil.
Akira melihat ke depan dan ke arah spion belakang secara bergantian. "Kakak sama sahabat-sahabat gue lagi ngikutin kita."
Mendengar jawaban dari Akira, Karin Sontak melihat ke arah belakang. Dan benar saja, ia dapat melihat enam motor sport sedang membuntuti mobilnya.
"Terus, kita harus gimana, Ra?" tanya Karin masih melihat ke arah belakang.
"Lu tenang, pasang sabuk pengaman, gue janji dua menit lagi mereka kehilangan jejak kita," kata Akira, menyalip satu demi satu kendaraan yang berada di depannya.
Karin mengangguk, kembali melihat ke arah depan, dan memasang sabuk pengaman sesuai perkataan Akira.
Akira melihat seisi jalanan, mencari cara agar sang kakak dan sahabat-sahabatnya tidak dapat lagi mengikutinya.
Jalanan berubah menjadi padat, kemacetan terjadi akibat adanya dua buah mobil yang saling bertabrakan dari arah depan. Akira melihat ke belakang melalui spion, masih dapat melihat motor milik sang kakak yang berjarak lima mobil dari dirinya.
Akira kembali melihat ke depan, tersenyum simpul, menemukan sebuah jalan tikus yang sangat dirinya kenali. Ia perlahan-lahan menjalankan mobil, berbelok memasuki jalan tikus itu.
Karin mengerutkan kening bingung saat Akira mengambil jalan tikus yang dirinya tidak tau akan sampai ke mana. "Kok, lewat jalan tikus, Ra?"
"Biar cepet. Coba liat ke belakang, kita udah gak diikuti sama kakak gue lagi," jawab Akira, melirik sekilas spion tengah.
Karin menoleh ke belakang, mengembuskan napas lega saat sudah tidak melihat motor milik Alexia yang sedari tadi membuntuti mobilnya. "Iya, kakak lu udah gak ngikutin kita lagi, tapi ini kita mau ke mana, Ra? Gue belum pernah lewat jalan ini."
"Lu tenang aja, ini jalan bakal ngarah ke rumah sakit tempat mama lu dirawat."
Di sisi lain, kini Alexia dan kelima sahabatnya sudah terbebas dari kemacetan yang sedari tadi melanda. Gadis itu melajukan motor sport miliknya mengikuti jalanan di depan, tidak menyadari bahwa Akira telah membelokkan mobil memasuki jalan tikus.
Alexia memberikan kode tangan agar kelima sahabatnya menepi dan berhenti, saat dirinya merasa kehilangan jejak dari mobil yang sedang dikendarai oleh Akira
"Kenapa, Ci?" tanya Vino, menghentikan motor di samping Alexia.
"Akira hilang," jawab Alexia, seraya melihat ke arah kelima sahabatnya.
Viko memukul tangki motornya. "Terus gimana, Ci? Kita masih mau lanjut sambil nyari mobilnya kak Karin?"
Alexia menggelengkan kepala. "Gak usah, kita udah ketinggalan jauh, mending sekarang kita pulang aja."
Chika, Gaby, Hiro, Viko, dan Vino mengangguk setuju, meskipun di dalam diri mereka merasa sedikit kecewa karena kehilangan jejak dari Akira.
Alexia kembali menjalankan motor, di dalam hati juga merasakan hal yang sama seperti kelima sahabatnya. Ia sungguh kecewa kepada dirinya sendiri, karena tidak bisa mengikuti rencana yang telah dirinya buat dengan maksimal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rivalry Or Revenge
Dla nastolatków‼️ ATTENTION ‼️ CERITA INI MENGANDUNG BEBERAPA KATA-KATA KOTOR YANG TIDAK DISENSOR. Streber dan Strano adalah dua organisasi yang memiliki rivalitas tinggi dari generasi ke generasi. Kedua organisasi itu tidak pernah akur dalam hal bisnis maupun di...