Matahari telah terbenam, menandakan malam akan segera tiba. Bulan dan bintang sedang bersiap-siap untuk menggantikan sang surya menyinari dunia. Di sebuah parkiran gedung kantor, kini terlihat Alexia dan kelima sahabatnya baru saja memarkirkan motor milik mereka masing-masing.
Alexia melepaskan helm yang sedang ia kenakan, lalu turun dari atas motor dengan diikuti oleh kelima sahabatnya.
"Sepi bener ini parkiran, jadi takut gue kalo misalnya ada mbak kunti," ujar Vino, seraya melihat ke sekeliling parkiran.
Viko mengangguk setuju, mengikuti Vino melihat sekeliling parkiran. "Iya, eh, serem bener."
Gaby tersenyum jahil, melihat raut wajah Viko dan Vino yang telah berubah menjadi ketakutan. Ia memiliki sebuah ide yang akan membuat ketakutan kedua sahabat kembarnya itu semakin bertambah.
Gaby berjalan mendekati Viko dan Vino, menepuk pelan pundak dua cowok kembar itu, dan mulai tertawa layaknya suara kuntilanak tepat di telinga mereka.
Mendengar suara tertawa Gaby, membuat Viko dan Vino sontak berjerit, berlari sekuat tenaga meninggalkan tempat mereka berdiri tadi.
Alexia, Chika, Gaby, dan Hiro yang melihat itu refleks tertawa cukup keras, merasa sangat lucu dengan reaksi dua sahabat kembar mereka.
Viko dan Vino berhenti berlari. Mereka berdua menoleh ke arah belakang saat mendengar suara tawa dari Alexia dan yang lainnya.
"Kampret, tadi suara lu, ya, By?" tanya Viko, melihat Gaby sedang berdiri tepat di tengah-tengah tempat ia berdiri tadi.
Gaby menggelengkan kepala dengan masih disertai tawanya.
"Bukan, tadi suara mbak kunti," jawab Gaby, lalu kembali menirukan suara kuntilanak yang tadi berhasil membuat Viko dan Vino ketakutan.
Viko dan Vino berlari ke arah Gaby saat mendengar jawaban dari gadis itu. Mereka berdua ingin membalas kelakuan sang sahabat perempuan yang sudah berani membuat mereka menjadi ketakutan.
Gaby yang melihat itu tidak tinggal diam. Ia berlari mengelilingi parkiran untuk menghindar dari kejaran Viko dan Vino.
"Gaby, sini lu," kata Vino, disela larinya.
Gaby melihat dan menjulurkan lidah ke arah kedua cowok kembar itu dengan masih terus berlari. "Gak mau, kejar, lah, kalo bisa."
Alexia, Chika, dan Hiro yang melihat kelakuan dari ketiga teman mereka hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
"Gaby, Viko, Vino, udah, ayo, masuk, kita udah ditunggu sama kakek!" teriak Alexia.
Gaby berhenti berlari, mengubah raut wajahnya menjadi ketakutan saat melihat ke arah sebuah sudut parkiran yang sangat gelap.
"By, kenapa?" tanya Viko, ketika dirinya berhasil mengejar Gaby, dan melihat raut wajah dari gadis itu.
Gaby menutup mulut dengan kedua tangan yang bergetar. "Itu, Vik, Vin, coba liat di situ."
Viko dan Vino sontak melihat ke arah yang di maksud oleh Gaby. Mereka berdua tidak melihat apa-apa, selain warna hitam yang menutupi sudut tersebut.
"Ada apa, By?" tanya Vino, masih terus melihat ke sudut itu.
Gaby melangkah mundur dengan sangat pelan, kedua tangan yang tadi bergetar ia arahkan ke pundak Viko dan Vino.
"Itu … itu … ada mbak kunti."
Gaby berlari menuju ke arah Alexia, Chika, dan Hiro, meninggalkan si kembar yang kembali berhasil dirinya jahili.
"Ayo, Ci, Chik, Hir," ajak Gaby, kala tiba di tempat ketiga sahabatnya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rivalry Or Revenge
Dla nastolatków‼️ ATTENTION ‼️ CERITA INI MENGANDUNG BEBERAPA KATA-KATA KOTOR YANG TIDAK DISENSOR. Streber dan Strano adalah dua organisasi yang memiliki rivalitas tinggi dari generasi ke generasi. Kedua organisasi itu tidak pernah akur dalam hal bisnis maupun di...