Team Dua Orang

48 25 14
                                    

Bel pertanda pulang sekolah SMA Bima Sakti telah lama berbunyi, membuat seluruh area sekolahan terlihat sangat sepi. Namun, kesepian itu tidak berlaku di dalam ruangan kelas XI MIA 1. Karena saat ini, ruangan itu sedang menjadi tempat berkumpul bagi Alexia dan para sahabatnya.

"Akira masih lama, Ci?"  tanya Gaby, seraya memakan es krim rasa stroberi.

Alexia melihat ke arah jam dinding yang ada di dalam kelas. "Harusnya sebentar lagi selesai hukumannya."

Chika membaca buku paket biologi, mencari jawaban dari soal yang sedang ia kerjakan. "Akira dihukum apaan, sih, Ci?"

"Tadi, pas gue chat, katanya disuruh motong rumput lapangan belakang sekolah." Alexia mengambil permen karet dari saku baju, lalu memakannya.

"Serius, Ci?" tanya Viko, tanpa mengalihkan pandangan dari layar laptop.

Alexia berjalan mendekati Chika yang sedang duduk di meja guru. "Iya, emang kenapa, Vik?"

"Itu lapangan rumputnya tinggi bener, ditambah juga lapangannya panjang banget, gue khawatir Akira bakal butuh waktu lama buat motongin semua rumputnya," jelas Viko.

Mendengar penjelasan dari Viko, membuat Karin yang juga ada di sana menunduk seraya menggenggam kedua tangan di atas paha. Ia merasa sangat bersalah, karena Akira harus mendapatkan hukuman akibat menolong dirinya.

"Ci, maafin gue, ya? Gara-gara gue Akira jadi dihukum kayak gini," pinta Karin.

Alexia yang baru saja ingin membantu Chika mengerjakan tugas biologi sontak menoleh ke belakang, menatap Karin, saat mendengar gadis itu meminta maaf kepadanya.

"Kenapa lu minta maaf, Kak?"

Karin semakin menggenggam kedua tangan dengan erat. "Gara-gara gue ada masalah sama Septi, Akira jadi ikut kena masalah juga. Jadi, gue minta maaf banget sama lu, Ci."

Alexia tersenyum simpul. "Gak usah minta maaf, Kak, ini bukan salah lu, Septi emang udah seharusnya dikasih pelajaran biar gak semakin ngelunjak. Bener gak, By?"

"Bener kata Cia, Kak, itu bocah caper memang harus sekali-kali dikasih pelajaran, kalo gak ntar makin ngelunjak." Gaby kembali membuka satu bungkus es krim rasa stroberi. "Padahal itu bocah cantiknya juga gak seberapa, sama gue juga masih cantikan gue, tapi capernya minta ampun."

Karin tiba-tiba saja tersenyum saat mendengar perkataan Gaby. Di dalam hati, ia benar-benar merasa sangat bersyukur karena telah menyetujui ajakan Akira untuk bergabung dengan organisasi ini.

"Wah! Gila! Ceweknya lepas baju, Vin, shit seksi bener," jerit Viko, saat melihat salah satu scene dari film yang sedang dirinya dan sang kembaran tonton.

Vino yang telah menutup mata karena mengantuk sontak langsung melihat ke layar laptop. "Mana, Bang? Mana?"

"Itu, Vin, liat, gila gede banget gunungnya," jawab Viko, tanpa mengalihkan pandangannya.

"Shit, bener kata lu, Bang, gede banget, kalo muka sama burung gue di situ gimana, ya, rasanya?" tanya Vino, kedua matanya kembali menjadi segar.

"Pastinya enak, lah, gak usah ditanya kalo itu, mah. Vin, Vin, dia lepas celana, Vin."

"Anjir, taruhan, yuk, Bang, punya dia pink apa gak?"

"Gas, gue tebak punya dia masih pink."

Alexia, Chika, dan Gaby sontak menatap datar ke arah si kembar saat mendengar percakapan antara kedua cowok itu.

Gaby mengambil pulpen dari atas meja yang sedang dirinya duduki, lalu langsung melemparkan pulpen itu ke arah Viko dan Vino.

Viko meringis kesakitan, saat dahinya terkena lemparan pulpen dari Gaby. "Anjing! Sakit!"

Rivalry Or RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang