Putus

45 30 39
                                    

Warna jingga bersinar menghiasi langit, jalanan yang tadinya begitu sepi telah ramai diisi oleh banyaknya kendaraan. Dari arah barat, matahari tampak sudah lelah, dan ingin segera menghilang untuk beristirahat.

Di dalam sebuah toko kue, kini terlihat Rere dan Indira sedang mengobrol seraya melihat satu buah kue berukuran sedang dengan hiasan yang begitu indah di depan mereka.

"Lu yakin pesen ini, Re?" tanya Indira, melihat betapa indahnya kue itu.

Rere mengeluarkan dompet dari dalam tas. "Iya, emang kenapa, Dir?"

"Bagus banget. Ini, mah, terlalu berlebihan buat itu bocah, Re," ujar Indira, seraya memegang kedua tali tasnya.

Rere tersenyum simpul, mengambil uang dari dalam dompet, lalu membayar kue yang sudah dirinya pesan itu.

"Gak papa, lah, Dir. Setahun sekali, itung-itung nyenengin dia." Rere mengambil kotak berisikan kue pesanannya.

"Dasar bucin."

Indira berjalan menuju pintu keluar, meninggalkan Rere yang hanya merespon ucapannya dengan sebuah senyuman. Mata gadis itu melebar dan berbinar-binar, saat melihat lima motor sport yang sangat ia kenali melintas di jalan depan toko kue.

Rere yang baru saja keluar dari dalam toko kue mengerutkan kening bingung, saat melihat sang sahabat berdiri di tengah jalan.

"Dir, lu kenapa?" tanya Rere.

Mendengar suara sang sahabat, membuat Indira sontak menoleh ke arah Rere. "Itu, Rem tadi, anak-anak Streber lewat sini."

"Mana?" Rere mengalihkan pandangan ke jalan raya yang berada di depannya.

"Udah pergi, lah, tadi mereka lewat sana," jawab Indira, menunjuk ke arah tempat terakhir ia melihat kelima anggota Streber sebelum menghilang.

Rere mengikuti arah tunjuk Indira. Gadis itu hanya mengangguk-anggukkan kepala ketika menyadari itu adalah jalan menuju kantor Kakek Abraham.

"Tapi, kan, Re, anehnya tadi gue cuma ngeliat Chika, Gaby, Hiro, Viko, sama Vino. Akira sama Alexia gak ikut sama mereka, kira-kira dua orang itu ke mana, ya?" tanya Indira, kembali memegang kedua tali tasnya.

Rere mengerutkan kening. "Tadi, mereka semua dari arah mana?"

"Dari arah situ." Indira menunjuk lawan arah dari tempat kelima anggota Streber itu menghilang menggunakan dagu.

Rere semakin mengerutkan kening, arah yang ditunjuk oleh Indira adalah jalan menuju SMA Bima Sakti. Ia mengambil handphone dari dalam saku seragam, mulai mengirim sebuah pesan kepada Alexia untuk memastikan keadaan Akira dan gadis yang telah ia anggap sebagai Kakak itu.

"Lu lagi chat-an sama siapa, Re?" tanya Indira, melihat wajah Rere yang telah berubah menjadi khawatir.

Rere mengangkat kepala, menoleh ke arah Indira, lalu kembali menunjukkan sebuah senyuman simpul. "Lagi nge-chat kakak gue, kenapa, Dir?"

"Ini kita jadi ke rumah itu cowok gak?"

Rere mengangguk, menaruh handphone ke dalam saku seragam. "Jadi, kok. Ayo."

•••

"Ini rumahnya, Re?" tanya Indira, setelah memarkirkan mobilnya di depan salah satu rumah yang berada di sebuah kompleks perumahan.

"Iya, Dir." Rere melepaskan seatbelt dari tubuhnya, lalu mengambil kue yang ia taruh di kursi belakang mobil. "Ayo, turun."

Indira mengangguk, turun dari mobil dan berjalan mendekati Rere yang sudah berada di depan gerbang rumah tersebut.

Rivalry Or RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang