Tangan kanan Akira

45 30 35
                                    

"Bos, ada orang di sini," ucap pria dewasa itu, tanpa mengalihkan pandangan dari Akira dan Karin.

Karin sontak melebarkan mata saat melihat kehadiran pria dewasa itu. "Akira, itu siapa?"

Akira menaruh kembali dokumen di dalam rak. Ia memindahkan tubuh Karin agar bersembunyi di belakangnya.

Mata Akira menatap tajam pria dewasa itu, melepaskan masker, lalu memasang posisi siaga untuk berjaga-jaga kalau pria dewasa itu melancarkan serangan.

"Wah, ada maling ternyata," kata orang yang dipanggil bos oleh pria dewasa itu.

Akira menoleh sekilas ke arah Karin. "Kar, bawa dokumen yang menurut lu penting, kita bentar lagi bakal keluar dari ruangan ini."

Karin mengangguk paham. Gadis itu dengan segera bergerak mengambil beberapa dokumen yang telah ia pisahkan.

"Udah, Kar?" tanya Akira, saat Karin kembali bersembunyi di belakang tubuhnya.

"Udah, Ra," jawab Karin, seraya memeluk map-map dokumen yang telah dirinya ambil.

Kedua pria dewasa yang melihat Karin mengambil beberapa dokumen dari ruangan tersebut mengerutkan kening.

"Woi! Woi! Siapa yang ngizinin lu buat ngambil itu semua?" tanya bos dari pria dewasa itu.

Akira menggerakkan tangan untuk mengambil permen karet di dalam saku celananya. Namun, ia mengurungkan niat saat teringat stok permen karet miliknya telah habis.

"Gue yang nyuruh," jawab Akira, dengan tangan yang sudah mengepal.

Bos dari pria dewasa itu tersenyum remeh saat mendengar jawaban dari Akira. Ia kemudian memberikan sebuah kode agar anak buahnya menyerang cowok yang sedang berdiri di depannya.

Mendapatkan kode dari sang bos, membuat pria dewasa itu sontak langsung berlari menerjang ke arah Akira, mengayunkan kedua tangan, berusaha mendaratkan pukulan di wajah Akira.

Akira yang melihat itu tidak tinggal diam. Ia menangkis dan beberapa kali menghindari pukulan yang diberikan oleh pria dewasa itu. Akira terus menghindar seraya berjalan secara perlahan menjauhi tubuh Karin, sebisa mungkin berusaha agar gadis itu tidak terkena pukulan.

Akira menahan satu pukulan dari pria dewasa itu, saat dirinya merasa sudah aman untuk melakukan serangan balasan.

"It's show time."

Setelah mengatakan itu, Akira menggerakkan kaki kanan, memberikan tendangan yang berhasil mengenai dada pria dewasa itu. Belum puas, Akira melayangkan beberapa pukulan tepat di bagian badan dan wajah.

Melihat sang lawan yang sudah kehabisan tenaga, membuat Akira berhenti melayangkan pukulan. Ia berjalan mendekati pria dewasa itu, mencengkeram erat kerah baju, lalu membanting tubuh sang lawan ke lantai.

Rahang bos dari pria dewasa itu mengeras, melihat sang anak buah yang sudah terkapar tak berdaya. Ia mengambil sesuatu dari dalam saku celana, kemudian berlari ke arah Akira.

Melihat sebuah pisau yang sedang diarahkan ke Akira, membuat Karin sontak melebarkan mata.

"Akira! Awas!" teriak Karin, berlari untuk menghentikan gerakan dari bos pria dewasa itu.

Akira yang mendengar teriakan Karin sontak melihat ke arah belakang. Kedua matanya sontak sedikit melebar, melihat sebuah pisau yang sudah berada di dekat tubuhnya.

Akira menahan pisau menggunakan tangan kanan, mengakibatkan banyak darah yang mulai bercucuran. "Keparat!"

Bos dari pria dewasa itu berusaha memberikan pukulan ke wajah Akira, saat pisau yang dirinya genggam berhasil dihentikan. Namun, usahanya gagal, Akira dengan gerakan cepat langsung menangkis tangannya.

Rivalry Or RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang