Permintaan Akira

42 26 15
                                    

Waktu menunjukkan pukul 07.20. Warna jingga pada langit perlahan-lahan berubah menjadi biru cerah, matahari mulai naik dengan memancarkan cahaya hangatnya, membuat setiap makhluk hidup merasakan kehangatan yang tiada tara.

Di depan gerbang sekolah Batara Senior High School, kini terlihat sebuah mobil berjenis sedan berwarna putih yang baru saja berhenti.

Pintu mobil itu terbuka, menampilkan sosok Akira yang sudah mengenakan seragam sekolah dengan dilengkapi oleh sebuah kacamata berwarna putih, membuat penampilan cowok itu semakin bertambah mempesona bagi setiap orang yang melihatnya.

Akira berjalan menuju pintu mobil yang ada di seberang, lalu membukanya. Ia mengabaikan tatapan para siswa-siswi dari sekolah itu yang sedang melihat ke arahnya.

Sebuah senyuman tipis terukir di wajah Akira, saat melihat Rere sedang turun dari pintu yang sudah dirinya buka.

"Makasih, ya, Akira," kata Rere, setelah kedua kakinya menginjak tanah.

Akira menutup pintu mobil, tangan kirinya lalu bergerak mengelus lembut puncak kepala Rere. "Iya."

Rere tersenyum tipis. Namun, itu tidak berselang lama. Gadis itu sontak menundukkan kepala, saat tidak sengaja melihat dan mendengar beberapa omongan dari para siswi yang ditujukan kepadanya.

"Kenapa?" tanya Akira, masih setia mengelus puncak kepala Rere.

"Takut," jawab Rere dengan suara lirih.

Akira mengerut kening, bingung akan jawaban dari Rere. "Takut kenapa?"

"Coba kamu liat ke sekeliling."

Akira mengikuti perkataan Rere, melihat ke sekelilingnya yang sudah terdapat banyak siswa-siswi menatap ke arah mereka. Ia mengembuskan napas panjang, sebuah ide seketika terlintas di benaknya.

Akira menghentikan usapan pada puncak kepala Rere, lalu membawa gadis itu masuk ke dalam pelukannya.

Aksi yang dilakukan oleh Akira sontak membuat para siswa-siswi yang sedari tadi menatap ke arah mereka berjerit tertahan. Bahkan, tidak sedikit dari siswa-siswi itu yang mengabadikan momen tersebut dengan mengambil foto dan video.

Rere yang tiba-tiba saja mendapatkan pelukan dari Akira melebarkan mata sempurna. "Akira."

"Biarin gini dulu, Re, gue kangen meluk lu," pinta Akira, seraya mengeratkan pelukannya.

Mendengar permintaan Akira, membuat Rere perlahan-lahan mengangguk, membiarkan cowok itu memeluk erat tubuhnya, mengabaikan rasa takut karena mendengar jeritan dari para siswi yang masuk ke dalam indera pendengarannya.

Beberapa menit telah berlalu, Akira perlahan-lahan melepaskan pelukan pada tubuh Rere saat mendengar suara dari motor sport yang sangat ia kenali berhenti di dekatnya.

"Masih pagi udah pelukan aja lu berdua," kata pengendara motor sport itu, seraya melepas helm yang sedang dirinya pakai.

"Makanya, bikin orang iri aja," sambung seorang gadis yang dibonceng oleh pengendara motor itu.

Akira tersenyum tipis, melihat ke arah gadis dan pengendara motor itu. "Gue salah, ya, Chik, Fir?"

Safira meletakkan kedua tangannya di bahu Chika. "Nggak, lu gak salah, kok, Kak. Bener, kan, Kak Chik?"

Chika mengangguk, menyetujui perkataan sang adik sepupu. "Bener kata Fira, Ra. Oh, iya, pagi, Re."

"Pagi juga, Chik," kata Rere, disertai dengan sebuah senyuman tipis.

"Lu masih sedih, Re?" tanya Chika hati-hati.

"Eh, sedih? Gak, kok, gue gak sedih, Chik," jawab Rere, masih dengan menunjukkan senyuman tipis di wajah, berusaha menyembunyikan kedua matanya yang sudah sedikit bengkak.

Rivalry Or RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang