Malam hari nampak tenang mengisi bumi kala ini. Langit pun terlihat cerah di hiasi bintang bintang yang bertebaran indah menemani sang raja malam. Udara pun terasa dingin menyegarkan. Hal yang membuat gadis dalam balutan kaos putih itu memilih menetap diam dibalkon kamar hotel tempat Ia menginap. Padahal nyamuk pun saling bergantian mengadu nyawa padanya; meminta belas kasihan di beri darah segar.
15 menit mungkin sudah berlalu semenjak dia disana. Menikmati malam terakhirnya di Negara Jiran ini tempat dia beraktivitas selama seminggu bersama JKT48.
Jauh aktivitasnya membawanya. Memaksa dirinya meninggalkan berbagai hal di tanah air. Termasuk keluarga dan tunangan cantiknya.
"Ge~" alunan suara tak asing kembali menyapa gendang telinga saat ada keheningan dalam panggilan yang dia buat saat dia berdiam diri bersandar dipagar balkon. "Kamu kenapa sayang? Kok tiba tiba diem?"
"Ah. Maaf ya cici. Pikiran aku sempat ke arah lain" memejam sejenak dirinya sebelum mengatakan itu. Ada hela tipis juga yang berhembus keluar.
"Um.. Mikirin apa?"
"Bukan apa apa. Cuma masalah kerjaan aja. Aku sedikit capek"
"Ya udah. Kalau gitu kamu istirahat aja sekarang"
"Dan matiin panggilan kita saat aku yang minta kamu seharian ini jangan ada hubungin aku lebih dulu?" reflek poutan ada pada gadis manis bergingsul itu. Kesal karena ketidakpekaan berlanjut tunangannya itu. Padahal kan dia rindu mendengar suaranya.
"Bukan gitu, sayang. Aku cuma takut kamu kelelahan. Kan besok udah mau balik ke Indo. Biar tubuhnya seger"
"Ya udah. Aku matiin kalau gitu"
Pip!
Panggilan itu benar benar dimatikan gadis manis bermarga Harlan itu. Pundung lah dia saat ini. Langkah laki pun membawa dia menjauhi balkon. Menyudahi aktivitas memandangi kota yang indah untuk digantikan dengan berbaring manja di atas ranjangnya.Tak sampai 5 menit, ponselnya kembali berdering. Melihat sejenak layarnya dan nama kontak tunangannya terbaca jelas disitu.
"Kenapa?" dia angkat dengan kesal
"Kok di matiin tadi?"
"Ya kamu kan nyuruh aku segera istirahat!"
"Sayang, jangan marah yaa"
"Aku nggak marah, ci. Apaan sih ambil kesimpulan gitu?"
"Iya nggak marah. Tapi nadanya kok kayak gitu? Maafin aku yaa. Aku temenin tidurnya kayak biasa. Boleh video call?"
"Hah~ Bentar. Aku ambil earphone" Gracia, gadis manis itu tak menolak. Bergerak kecil meraih benda kecil yang terselip di bawah bantal dan menggunakannya cepat. Dia cuma khawatir jika roomate nya yang tiba tiba sedang berada di luar itu masuk ke kamar dan mendengar pembicaraan nya bersama Shani. Takut saja pembicaraan Shani melenceng jauh. Siapa yang bisa menebak kerandomannya itu? "Ci, udah"
"Udah? Trus mana wajah nya?"
"Bentar. Atur posisi"
"Ihh cantik banget bayi aku padahal mau bobo" pujian malah tiba tiba mengudara dari Shani. Tersenyum dia saat melihat wajah Gracia yang begitu menggemaskan tanpa make up itu. Yang kini terpampang jelas di layar ponselnya.
"Huh? Kok kayak lagi di luar?" mengkerut kening Gracia saat mendapatkan hal janggal. Tak menggubris pujian dari sang tunangan barusan.
"Iya. Ini aku lagi di cafe sama temen teman. Kan tadi udah ijin. Belum di baca yaa?"