Disebuah cafe yang ramai dengan nuansa sore keemasan di luar sana, Shani mendapati dirinya tengah duduk seorang diri di suatu kursi empuk berwarna oranye di sebelah jendela besar yang memberi pemandangan keramaian orang di luar.
Mengangguri kecil minuman yang baru tersentuh sedikit saat mata indahnya yang berbalut kacamata sibuk dengan ponsel, bertukar kabar dengan kesayangannya yang sedang dipisahkan jarak akibat aktivitas berbeda.
Senyum terukir semakin lebar setelahnya kala pundaknya terasa disentuh disertai suara sapaan yang tak asing digendang telinga.
"Sorry lama. Biasa.. Macet" keluhan terdengar saat orang tersebut mengambil duduk disebelah nya sambil mengipasi wajahnya dengan jemarinya. Terasa sangat panas udara saat ini.
"Alasan klasik. Hukumannya bayarin makanan kita hari ini" ponsel ditangan dilepas dan diletakkan di meja.
"Wahh.. Seorang Indira meminta hal mengejutkan. Apa kekayaanmu berkurang setelah bertunangan?"
"Nggak lucu!" protes Shani cepat karena candaan sahabatnya yang satu ini. Yang tiba tiba saja menanyai hilal dirinya dan ikut bergabung mengisi hari. Tapi saat bertemu, mulut tajamnya itu tidak pernah bisa disaring. "Mau aku beliin Gracia rumah, mobil, sampai pulau pun nggak bakal nguras tabungan aku. Lagian tunangan sama dia justru bawa berkah" lanjutnya berucap.
"Woah speechless aku, Shan. Banget" sang teman malah bertepuk tangan takjub. "Nggak tanggung tanggung yaa kalau mau ngebales ucapan. Ampun dah kanjeng ratu. Kalah aku sama bulol kayak kamu" balasnya lagi menyelipkan guyonan kecil lalu tertawa lagi. Menggoda Shani memang sangatlah menyenangkan untuknya. Apalagi jika sudah membawa hubungannya bersama Gracia. Gadis bucin ini pasti tak akan mengalah jika sudah seperti itu.
"Biarin aja di katain bulol. Untung untung ada yang dibucinin. Nah kamu? Bucinin hal yang mustahil. Bangun dek. Cari yang nyata aja sana"
"Awww sakit banget, Shan" mengaduh temannya tiba tiba memegang jantung saat dengan lihai membuat drama. "Nembus sampai ke belakang nih kayaknya. Perih banget" masih lanjut dia memainkan peran nya. Alhasil, hal itu membuat Shani tertawa. Tak pernah gagal temannya yang satu ini jika bertingkah berlebihan.
"Udah ah, capek" tegur gadis cantik berdimple itu.
"Iya lagi" angguk temannya setuju. Sudah cukup drama singkat mereka. "Eh..by the way, kamu tiba tiba nongkrong disini atas sepengetahuan Gracia juga kan?" percakapan di lanjutkan ke jalur yang benar.
"Iya. Tadi Udah ijin kalau mau nongkrong sebentar setelah aktivitas aku selesai" jawab Shani.
"Trus bilangnya nongkrong sama aku kan?"
"Um..enggak"
"Loh? Kok enggak? Cari mati yaa?! Jangan gila deh Shan!" Yola nama gadis sahabat Shani itu. Begitu kaget mendengar jawaban yang diberikan. Tapi sialnya, Shani cuma membalasnya dengan tawa. Bisa bisanya dia terlihat santai saat Yola sudah begitu panik kala dialah yang akan menjadi sumber pertengkaran mereka nanti.
"Haha..panik banget yaa..Udah tenang aja. Kesayangan udah tau kok" ucap gadis Indira itu kemudian.
Yola mencebik kesal. Sekarang pointnya menjadi 1 sama. Kena jebakan juga kan dirinya?
"Bulol Rese"
"Ih. Aku aduin sama Gre yaa.. Jahat banget mulutnya"
Yola menghela. Kalau begini, dia tak salah kan mengatai Shani dengan itu? Lihat bagaimana sikapnya. Apa dia anak kecil yang harus melapor seperti itu? Gracia benar benar berhasil membuat gadis sempurna ini tak akan melirik orang lain.
"Ih terserah lah, Shan. Aku mau pesan minum dulu" gadis itu segera mengambil buku menu. "Habis itu, mau nggak live bentar?" lanjut dia bertanya dengan mata yang sibuk membaca beberapa pilihan minuman.