Di dalam kamar yang tenang, dibawah lampu temaram yang hanya berasal dari benda di sebelah ranjang, kedua insan itu jatuh dalam keinginan pikiran yang membangun gelora tak tenang dari dalam tubuh.
Masih dalam posisi duduk, menyulitkan salah satunya saat bibir panas milik tunangan nya sibuk menari meninggalkan jejak basah di area lehernya. Erangan tak tertahankan pun ikut keluar saat itu juga menambah dentuman aktivitas yang mulai panas.
Tertarik tubuhnya semakin mempersempit jarak. Terasa kemudian jemari panjang itu ikut menjalar ke bagian dada, memberikan tekanan menimbulkan sedikit rasa sakit.
"Mphh" suara itu terdengar lagi. Desahan tertahan yang terjadi akibat bibir yang masih bertaut dengan ganas akibat permainan tergesa dari yang memulai.
Terjatuh terbaring dirinya saat tunangannya memilih mengganti posisi bercumbu mereka. Mengecap tanpa ampun bagian empuk penggoda itu, menghalau oksigen yang dalam semenit mungkin akan segera habis.
"Tungguhhh ci.." Tak tahan. Gadis manis bermarga Harlan itu reflek mendorong tubuh yang menindih dirinya. Nafasnya tergesa, dadanya naik turun mencoba menangkap oksigen. Peluh keringat juga ada di keningnya. "Aku nggak bisa nafas.." keluhnya.
Menatap ke atas; ke arah tunangannya yang masih menindih dirinya yang dalam sekejap tadi mengikuti keinginannya. Tak berbeda penampilannya, keringat nya bercucuran dan nafasnya tak stabil. Ditambah tatapan mata itu, sangat jelas menampilkan hasrat besar yang harus segera di tuntaskan.
"Kamu.. Kasih hadiah banyak untuk ini kan?" pertanyaan itu keluar dari gadis manis dalam kukungan itu. Yang masih mencoba menangkap oksigen yang berterbangan.
Tawa kecil mengudara kemudian. Berasal dari gadis cantik pemilik lesung diatasnya. Kecupan pelan pun ikut diberikan di pipi. "Emang kenapa mikir kayak gitu?"
"Siapa yang nggak bakal mikir kesitu coba?" pukulan kecil dilayangkan di pundak. "Habis ngasih perhiasan sama ATM, kamu malah tiba tiba kayak gini. Berasa dibayar aja akunya buat muasin kamu"
"Haha" sekali lagi. Gadis bermarga Natio itu kembali tertawa dengan celetukan sang gadis. Sungguh lucu kesimpulannya. "Tuduhannya berlebihan loh sayang" kecupan diberikan dikening.
"Kamu sih. Lihat aja nih. Aku masih megang hadiah dari kamu. Tapi tiba tiba aja minta jatah tanpa lihat kondisi" Gracia lirik tangan kirinya. Kotak itu masih berada disitu. Untung saja tidak dia jatuhkan ke lantai.
Cepat Shani ambil apa yang juga dia tatap. Meletakkan barang itu di atas nakas sebelum ke posisinya yang tadi lagi. Demi Neptunus, tak akan dia angguri gadisnya ini. Terlanjur tersentuh, jadi akan dia tuntaskan sampai dia puas.
"Lanjutin yaa.." tak menggubris protes dari sang tunangan. Dia meminta itu. Salahkan karena terpisahkan jarak beberapa hari, Shani jadi sangat merindukan tubuh gadisnya ini.
"Udah ah. Aku nggak ma- mph ?" tak bisa mulutnya melanjutkan penolakan. Nyatanya, Shani lebih cepat membungkam dirinya. Kembali menyapa bibirnya dan meninggalkan jejak basah dari kedua saliva yang kini saling bertukar.
Puas dengan bagian candu itu, kini bagian leher menjadi bagian yang di berikan tanda mata oleh si Indira. Membunyikan dengan lantang desahan Gracia yang semula tak terdengar jelas. Senang dirinya, semakin meningkat hormon dan semangatnya. Dia suka mendengar itu.
Nakal tangannya. Kini ikut bermain mengikuti ritme tempo dari permainan panas yang Ia ciptakan. Menggelitik area perut menerobos kain penghalang dari kulit lembut yang terasa candu saat disentuh. Naik semakin ke atas, menyentuh area dada.
"Ah.. Cicihh"
Sungguh, suara itu sangat indah di pendengarannya. Tergesa dirinya. Membuka pakaian sang tunangan dan bagian penghalang mainannya; melemparnya dengan sembarangan ke lantai.