Duduk diam di pinggir panggung teater, kakinya mengayun dengan reflek mengikuti alunan musik yang diputar sesaat latihan di hentikan hanya untuk mengisi kekosongan ruangan. Kedua tangannya sibuk memainkan mic yang berada dalam genggaman.
Senyum terpasang lebar. Tenggelam dalam pandangannya pada seseorang yang tengah duduk di kursi penonton di hadapan nya.
Cantik senyumnya. Segala gerakan reflek yang diberikannya mampu menghipnotis siapapun untuk tetap menaruh atensi padanya.
"Ka Gita, Suka sama Ci Gre kan?" pertanyaan yang datang tiba tiba itu sedikit mengagetkan. Menatap ke arah kiri. Terlihat Kathrina disitu, entah sejak kapan. Dia tak menyadari kedatangan nya.
"Iya suka. Kamu juga kan?"
"Iya suka" Kathrina nama gadis itu, Atin panggilannya. Mengangguk mengiyakan dengan pandangan yang kini dia lempar ke depan. Ke arah gadis yang tengah mereka bicarakan, yang masih terlihat asik bercakap dengan beberapa member. "Ci Gre itu cantik, baik, perhatian, manis juga. Dia mempesona. Orang bodoh yang nggak suka dia"
"Nah itu kamu tau. Kenapa jadi tiba tiba nanya hal random?" Gita terkekeh kecil.
Tangan yang semula mengudara ingin mengacak rambut seperti biasa pun tiba tiba ditahan oleh yang muda. Tak membiarkan Gita, gadis disebelahnya ini untuk menyentuhnya.
Bukan hal yang biasa hingga mengagetkan. Gita tak menyangka gadis yang suka sentuhan ini malah bertingkah begini. Apalagi terhadapnya.
Bukan hal umum bagi mereka disitu ataupun penggemar. Kathrina tak memiliki niat menyembunyikan ketertarikannya pada Gita. Segala hal dia lakukan demi mengambil perhatiannya.
Pernah sekali gadis ini mengutarakan perasaannya. Bohong jika kedekatan mereka selama ini hanya untuk gimmick ke penggemar. Karena nyatanya Kahtrina punya perasaan lebih padanya.
Dan apa balasan yang diberikan? Tentu saja penolakan.
Pantang mundur gadis muda itu hingga masih berusaha mendapatkan cintanya. Tapi akhir akhir ini, Gita memang berubah dari biasanya. Menaruh perhatian penuh padanya hingga hal ini berada dalam ruang lingkup pandangan.
Gita selalu memasang mata hanya pada satu orang. Dan itu bukan untuknya.
"Suka kakak sama ci Gre beda" ucap Kathrina lagi.
"Beda apanya?" mengernyit bingung gadis Andarini itu. "Hey, kamu kok jadi kayak gini? Kenapa, hm? Sakit? Lapar? Mau nggak pulang dari sini makan sama aku di luar?"
"Hah~ aku nggak bodoh, ka" jawab Kathrina jauh dari pertanyaan bertubi yang diberikan. "Jujurnya sama aku aja. Biar aku tau kapan mundur dari ini" di pandanginya kedua bola mata gadis yang lebih tua itu.
"Maksud kamu?"
"Kamu tau perasaan aku. Aku seneng kakak nggak jauhin aku setelah pernyataan cintaku waktu itu. Tapi sepertinya itu berakhir sekarang. Aku juga udah cape buat berjuang. Nggak ada akhir bahagia buat aku sama kakak" Atin bermaksud melompat untuk berpijak di lantai yang lebih rendah dari panggung. Tapi dia ditahan cepat oleh Gita.
"Aku-"
Kathrina tersenyum. Menyingkirkan tangan Gita dari lengannya. "Mau sekuat apa aku maksain diri perjuangin kamu, tapi kalau kamu nggak mau di perjuangin, apa gunanya?"
"Atin, bukan kayak gitu. Aku.."
"Nggak apa apa, ka. Perasaan emang nggak bisa dipaksain" berusaha tegar saat mengutarakan. Menahan tangis mencoba kuat dengan keputusan. Sebenarnya sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk mengatakan ini. Hanya saja, Kathrina tak bisa menahan lebih lama soal ini. "semangat berjuang ya, ka. Bersaing sama Ci Shani bukan hal mudah" nasehatnya kecil diakhir kalimat.