31

10.5K 837 196
                                    

10 Juli 2024.

Sibuk di depan pantry, dengan api kecil yang terlihat menyala di kompor. Pagi pagi buta terbangun Karena memiliki niat memasak makanan daripada menghamburkan uang untuk membeli lagi.

Dalam tenang diam berkonsentrasi. Gadis itu tak mengeluarkan suara gaduh takut mengganggu tidur penghuni lain di tempat ini.

Beberapa saat sibuk disitu hingga pekerjaannya akhirnya terselesaikan. Makanan tersedia di meja, senyum puas pun terbit padanya. Ada kepuasan tersendiri yang ikut dirasakan.

Menyirami tubuh dengan air. Rasa dingin langsung menyapa dirinya tapi tak mengurungkan niat untuk menghentikan aktivitas.

Menatap pantulan tubuh di cermin wastafel yang tersedia di dalamnya, meringis kecil melihat kemerahan di bagian buah dad*nya. Ada rasa ngilu yang tertinggal.

Bayi besarnya itu benar benar menikmati makanannya dengan baik. Sangat baik tanpa memikirkan kondisi nya yang kesulitan tidur karena belum terbiasa.

"Hah~" hela nafas keluar. Bingung pada diri sendiri. Merasa kembali dilema kenapa dirinya mengijinkan ini terjadi. Sepercaya itu dia pada Shani? Apa status mereka harus diperjelas lagi agar gadis itu benar tak berani melakukan hal yang sama pada orang lain?

Menggeleng pelan membuyarkan lamunan sia sia itu. Untuk apa menyesali? Toh sudah terjadi. Lagipula yang melakukan itu adalah gadisnya.

Keluar dari ruang kecil itu sesaat menyelesaikan aktivitas nya. Langkahnya membawa dirinya menuju ke arah ranjang; ke arah seorang gadis yang tidurnya masih sangat lelap disana.

Duduk di pinggir ranjang tepat disebelahnya. Jemarinya terangkat dan mendarat tepat di pipi, mengelusnya lembut.

"Ci~" dibangunkan gadisnya itu berlahan. Suhu tubuh yang terasa di kulit terasa membaik dari pada hari sebelumnya. Sercecah senyum pun timbul akan itu. Kelegaan pun mengikuti.

"Ge~" suaranya parau terdengar mengalun ke pendengaran. Mata memejam itu terbuka mencoba menerima rangsangan cahaya matahari yang menyapa memory pertamanya pagi ini. "Cantik" lanjut dia berucap. Tersenyum lebar saat melihat wajah Gracia gadisnya yang tengah tersenyum juga padanya.

Kekehan terdengar kemudian. Gracia menggeleng kecil melihat tingkah Shani yang tiba tiba memuji dirinya itu.

"Bangun yuk, cici harus makan trus minum obat lagi"

"Aku udah sembuh, Ge" gerakannya pelan saat melingkari perut Gracia. Kepalanya bergerak dan merebah di atas pangkuan; kembali memejam.

"Badan kamu masih sedikit hangat. Jadi kamu belum sembuh"

Gelengan dipangkuan menimbulkan rasa menggelitik. Gracia menghentikannya.

"Kamu nggak lakuin perintah aku, siap siap nggak bakal aku kas-"

"Iya, sayang. Aku lakuin" potong Shani cepat karena tau ancaman itu mengarah kemana. Bangun duduk bersila, di tatap nya sang gadis. "Tapi makannya di meja makan yaa.. Aku bosan di ranjang" tawarnya kemudian. karena selama tubuhnya tak baik baik saja, Gracia setia menyuapi nya di sini.

"Nggak pusing buat berdiri?" kekhawatiran Gracia kembali timbul. Tapi itu cuma di balas gelengan tidak untuk pertanyaan itu.

"Tapi aku mau mandi dulu kalau boleh.."

"Boleh. Tapi bentar yaa aku siapin air hangatnya dulu. Cici belum boleh mandi air dingin" Gracia berdiri menjauhi posisinya yang tadi.

Merenggut sebal karena hal itu. Shani mempout saat Gracia sudah berdiri tegak di hadapannya. Dia kecewa tak diberi kecupan apa apa saat dia membuka mata.

After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang