33

15.9K 996 278
                                    

Kecupan kecupan manis terus terjadi sedari tadi. Tak bosan kedua gadis itu saling memberikan rasa sayang.

Dalam hening kamar dengan penerangan sedang, tubuh tinggi itu nampak menindih kecil gadis manisnya. Tersenyum menikmati sentuhan Gracia di wajahnya saat ada jeda dalam ciuman mereka.

Bola mata cokelat keduanya saling berbenturan. Menikmati apa yang tengah di pandangi.

Tak ada niat mengeluarkan kalimat apapun dalam keadaan ini. Apalagi jika pembahasan itu bisa dengan mudah membuat mood menjadi sangat buruk.

Menyentuh lesung pipi yang terbentuk. Memejam saat wajah itu mendekat kembali. Sentuhan manis di bibir terasa kemudian. Lembut tak terburu, tak memaksa memberi kenyamanan.

Desisan pelan mengalun kemudian. Saat bibir itu menjalar ke arah leher memberi rasa basah yang tertinggal.

Mencengkram pelan rambut panjang gadis di atasnya. Menyalurkan rasa tertahan akibat perbuatannya.

Hawa semakin panas menjalar. Penuh keringat mulai terlihat membasahi kulit. AC yang sedari tadi menyala menyalurkan rasa dingin kini tak berguna sama sekali.

Udara panas terus menampar. Tangan itu dengan cepat membuka apa yang menyelimuti gadisnya di bagian atas. Meninggalkan dirinya hanya dengan pakaian dalam membatasi mainan kesukaannya.

Bibir kembali di mainkan. Yang semula tenang menjadi liar akibat keinginan napsu yang menggerogoti pikiran.

"Ci.. Ahh" desahan tertahan mengalun seterusnya. Jeda untuk bernafas hanya sesekali diberikan.

Senyuman puas ada dalam kegiatan. Suara pasrah Gracia yang menjadi favoritnya kini terdengar lagi.

Kembali fokus ke apa yang dia lakukan. Menikmati setiap bagian sang gadis yang selama ini tak seorang pun bisa menyentuhnya kecuali dirinya.

Tak mau kalah gadis di bawah itu, sedikit kesal karena dia tau Shani tersenyum senang dengan apa yang dia lakukan.

Jemarinya turun membuka kancing cardigan yang dipakai gadisnya. Menarik itu lepas dari tubuh sempurna di atasnya meninggalkan tanktop hitam yang masih terpasang.

Lembut dirasakan telapak tangannya saat menyentuh kulit lengan yang kini tak berbalut. Tersenyum dia membawa kembali Shani bergelut bibir. Dilingkarkan kembali tangan di lehernya, menikmati cumbuan panas Shani yang memabukkan.

"Panas sayang?" menjeda aktivitas akibat kebutuhan oksigen. Shani bertanya sembari membersihkan keringat Gracia diwajahnya.

"Hum" angguk gadis yang masih sibuk menangkap oksigen disekitarnya.

"Bibir kamu bengkak"

"Suka kamu?" tatapan kesal diberikan karena Shani terlihat senang saat menyentuh bibirnya dengan ibu jarinya.

"Suka. Tapi maaf yaa aku nggak sengaja ninggalin bekas" menatap area leher. Entah dia tengah menyesal atau tidak saat ini. Tak terbaca sedikitpun pada gadis cantik itu saat mengutarakan.

"Mau gimana lagi? Kamu napsuan" balasnya yang diberi tawa. Reflek pukulan kecil diberikan di pundak karena itu.

"Cantik banget kamu" pujian malah tiba tiba kembali mengudara. Jemarinya terangkat menyisir rambut basah gadis di bawahnya. Kemudian tersenyum memainkan hidung mancung Gracia dengan hidungnya.

"Kalau nggak cantik, mana mau kamu sama aku"

Shani tersenyum memberikan kecupan di bibir. "Aku jatuh cinta sama kepribadian kamu, sayang. Visual itu cuma bonus karena aku anak baik. Makanya Tuhan kasih aku pasangan perfect kayak kamu" ucap Shani mengelus pipi gadis manisnya itu yang kembali diberi hadiah pukulan malu oleh Gracia di bawahnya.

After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang