Chapter gaib yang tiba tiba ada karena keinginan kalian
( ̄へ  ̄ )∘₊✧──────✧₊∘
Pukulan kecil diberikan di pundak. Tawa pun mengiringi kejadian itu mengisi kamar yang semula hening. Tak ambil pusing dengan teguran yang diberikan. Nyatanya, gadis Indira yang sudah dilingkupi oleh keinginan gelap batinnya melanjutkan apa yang dia anggap menyenangkan.
"Aw.. Sakit cici. Udah di bilangin jangan di gigit" gadis manis itu kembali mengeluh. Mengaduh karena kelakuan Shani yang keras kepala.
Tersenyum gadis yang di tegur dengan mulut yang penuh. Masa bodoh kata kasarnya jika mendeskripsikan.
Bergerak mulutnya kembali mencicipi. Menikmati bak seorang bayi yang baru berusia beberapa bulan. Matanya memejam dengan sebelah tangan yang bertengger nyaman di pinggang; memeluk erat sang gadis.
Raungan pelan Gracia yang keluar menjadi backsound indah yang ingin terus dia dengarkan. Andaikan bisa lebih dari ini?
Melunturkan pikiran yang mulai membawa dirinya terlalu jauh, Shani rapatkan dirinya tanpa celah. Dia harus fokus ke mainannya yang sekarang; Salah satu obat termanjur yang membuat dirinya cepat terlelap.
Di lain sisi, Gracia si pemilik anggota tubuh hanya bisa menghela kecil akan segala pergerakan Shani. Meskipun bukan pertama kali, tetap saja kata terbiasa itu masih sedikit jauh untuk di rasakan. Shani dan segala pergerakan randomnya itu benarlah membuat was was.
Meringis kecil dirinya. Bagian itu sedikit perih sekarang. Merutuki kebodohan karena tak bisa menolak. Selalu dia akan merasakan ini jika berhadapan dengan Shani. Pasrah.
Berlanjut, kelegaan mengudara. Shani sudah bergerak dengan tenang. Tak mengisap dengan kasar lagi. Rasanya ada sedikit kenyamanan yang mulai timbul.
Melirik kecil ke wajahnya. Mengelus pipinya dengan lembut. Dalam benak terus berpikir bagaimana bisa gadis sempurnanya ini menjadi begini? Normal kah punya 2 kepribadian?
Menggeleng lagi saat gadis itu tiba tiba tersenyum dengan mulut yang masih aktif di dadanya. Apalagi yang tengah dia pikirkan s'karang?
"Tidur, ci" Gracia pun menegur. Sadar jika Shani belum terlelap.
"Hum.. Bemta laghii" tak jelas apa yang dia katakan dalam aktivitasnya yang tak mau disudahi. Tapi tetap saja Gracia mengerti akan apa yang terucap.
Tak membalas. Gracia justru mengelus kepalanya berharap gadis ini cepat tertidur agar dia bisa menarik diri dari posisinya saat ini. Jika terlalu lama, akan lebih sulit juga untuk dirinya sendiri. Berperang dengan keinginan diri sendiri pun tak semudah itu.
1 jam mungkin sudah berlalu kini. Gerakan mulut Shani akhirnya telah berhenti. Deras nafas gadisnya itupun juga sudah terdengar teratur. Syukurlah Shani sudah tertidur.
Gadis manis itu bergerak. Melepaskan diri dari jeratan kuat si gadis Indira. Rasa basah yang tertinggal kini terasa dingin saat sapuan AC kamar menubruk miliknya.
"Bener bener ya kamu, ci. Sampai merah kayak gini. Mana perih banget lagi" keluh Gracia saat menunduk melihat miliknya sebelum kembali membungkusnya dengan rapat. Dia cubit gemas pipi Shani melampiaskan kekesalan sejenaknya disitu. Tapi cepat kembali mengelusnya saat melihat pergerakannya. Dia tak mau gadisnya itu terbangun.
Memunggungi posisi yang dia pilih. Satu jam dalam satu posisi benar membuat dirinya pegal. Tak langsung memejam, gadis itu memilih bermain ponsel sejenak.