48

14.9K 1.1K 259
                                    

Membuka mata yang perih. Ada cahaya matahari yang masuk dari sela gorden abu abu miliknya yang tak tertutup rapat. Rupanya sang mentari sudah menyapa lebih dulu. Terlambat bangun dirinya.

Memeriksa ponsel. Banyak notifikasi yang belum terbaca terlihat memenuhi layar. Tapi dia belum memiliki niat untuk membuka.

Menghela berat. Sejenak apa yang terjadi semalam kembali terbayang. Berharap ada effort dari sang tunangan untuk menjelaskan atau meminta maaf. Tapi sial, tak ada notifikasi dari gadisnya itu.

Kembali air matanya jatuh. Kenapa bisa dia jadi selembek ini? Apa karena masalah di pundaknya terlalu berat hingga semua membludak keluar karena beban itu bertambah dari orang yang dia harapkan bisa menghilangkan masalahnya itu?

Gracia pun bingung.

"Nia? Udah bangun sayang? Yuk turun makan" tak sadar dengan kedatangan itu. Hingga suara sang ibunda sedikit mengagetkan nya. "Loh? Kok bangun bangun malah nangis? Kenapa sayang?" panik juga wanita paruh baya itu melihat sang anak sulung. Duduk mendekati di bibir ranjang mengelus surainya.

"Nggak kenapa kenapa kok, ma" jawab Gracia mencoba menghapus air mata.

"Duh udah yaa.. Kok lagi ultah malah nangis. Rindu Shani ya?"

Terdiam kecil Gracia saat mendengar penuturan itu. "Hm..Mungkin.." jawabnya kemudian. Ragu.

"Ih lucu banget anaknya mama ini. Bucin abis kayaknya yaa.." wanita itu terkekeh.

Gracia justru menghela. Tak mau menggubris penggodaan ibundanya itu kali ini. "Nia mau mandi ya, ma. Nanti Nia turun makan kalau udah selesai"

"Ya udah"

Dengan itu, Gracia pun segera beranjak turun dari ranjangnya. Dan segera masuk ke ruang lain di kamarnya itu.

Cukup lama dirinya berada di situ, mungkin hampir 25 menit lamanya. Kini, rasa segar dia rasakan sesaat menyelesaikan ritualnya. Tapi sembab matanya masih sulit dihilangkan.

Tok tok tok
"Nia? Mandi nya udah? Turun makan dulu, sayang" suara ibundanya mengalun lagi dari luar.

"Iya ma" gerak tangan yang mau meraih ponsel dia urungkan. Panggilan Ibu Ratu lebih penting. Berlari kecil gadis itu menuju pintu kamarnya. Dia buka pintu itu perlahan.

"Huh?" terkejut dirinya saat pandangannya tiba tiba terhalang oleh sebuah bucket bunga yang besar. "Ma?" panggilnya masih dalam kebingungan. Kenapa juga orang rumahnya memberikan dia bucket sebesar ini? Kejutannya kan sudah semalam. "Mama? Ini untuk ap-"

"SURPRISE" suara lembut itu mengalun setelahnya memotong ucapan. Bucket bunga yang tadi menghalangi di arahkan ke kanan. Sekarang wajah dari si pemilik suara dapat dia lihat dengan lebih jelas.

Tak terbesit dibenak. Gadis yang semalam berhasil membuatnya menangis sekarang berdiri di hadapannya. Dengan senyum indah menampilkan lesung dalam kepunyaannya.

Hiks..
Untuk kesekian kali. Gracia dia buat menangis.

"Loh.. S-Sayang.. Kok nangis?" panik lah seorang Indira, gadis yang tak terbayang di benak Gracia akan berada di sini.

Shani serahkan sejenak bucket di tangannya pada Aten disebelahnya. Tentu saja kejutannya ini menjadi tontonan keluarga Harlan yang tau segala rencananya. Dia rengkuh gadis manis miliknya itu; Mengelus punggungnya.

"Kamu jahat banget.. Hikss.. Tega banget sama aku..hiks"

"Sayang. Maaf yaa..aku berlebihan yaa?" Shani rengkuh kian erat. Mengelus terus punggungnya yang bergetar. Dadanya pun terasa basah saat ini. Tangisan Gracia memang besar dan deras. "Shhh udah dulu ya nangisnya. Ini aku kasih surprise loh. Aku bawa bunga, bawa banyak makanan untuk kamu. Bawa banyak hadiah juga"

After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang