28

20.7K 1.1K 248
                                    

Posisinya tengkurap diatas ranjang. Fokus bermain ponsel yang sedari tadi berada dalam genggaman.

Ekspresinya berubah ubah. Menikmati tontonan yang tengah dia hidangkan untuk kedua mata cokelat indahnya.

Dalam hening yang dia ciptakan selain bunyi benda pintarnya, suasana nampak sangat nyaman terasa. Hingga gerak lain yang tiba tiba datang dan memberi kecupan di puncak kepala membuat dirinya tak berpikir banyak untuk melepas benda pintar yang dari tadi menemani.

Posisi dibuat terlentang, di tariknya gadis manis yang tengah tersenyum padanya itu ke dalam dekapan yang dia buat.

Rasa hangat menggerogoti tubuh. Aroma wanginya pun ikut menampar indera penciuman nya.

"Kamu wangi banget. Bau tubuh aku"

"Kan pakai sabun kamu" hidung mancung di cubit gemas mengundang tawa.

Keheningan melanda kemudian. Dengan posisi saling berhadapan, kedua bola mata saling  bertegur sapa dalam remang kamar. Saling menyilami dengan pandangan.

Tangan itu mengudara kemudian. Shani gadis cantik dalam balutan kaos hitam itu tak tahan mendiami gadisnya. Tak tahan menyentuh meski hanya mengelus pipinya. Rasa lembut yang hadir menampar permukaan kulit jemarinya.

Fluffy. Tekstur pipi milik gadisnya.

"Kamu cantik banget" pujiannya di balas kekehan tipis.

"Nggak sadar sama diri sendiri yaa.."

"Nggak. Soalnya di mata aku, yang paling cantik itu cuma Shania Gracia. Anak sulung papa Hilma Harlan"

"Apaan sih" salah tingkah membuat gadis itu menerima pukulan di pundaknya. Yang cuma dibalas senyum kepuasan karena matanya menangkap moment menggemaskan lagi dari pemilik gingsul manisnya itu.

"Udah ah. Tidur aja yuk" Gracia. Gadis yang baru menerima gombalan maut itu segera mengganti obrolan. Dia tak tahan dengan rasa panas yang menjalar padanya.

Mengganti posisi, Ia menarik Shani dalam pelukan. Membiarkan gadis itu yang kini tanpa ucapan menenggelamkan wajah di lehernya mencari kenyamanan.

"Besok pagi aku bangun nggak ada kamu ya?" Pertanyaan terdengar lagi mengisi keheningan yang semula sudah tercipta.

"Ada. Aku bakal datang nyiapin kebutuhan kamu kok" Gracia menjawab. Mengelus punggung Shani berirama.

"Kenapa nggak tidur disini aja sama aku?"

"Kan aku sama Eli, sayang. Nggak mungkin aku tinggalin dia sendiri kan. Nanti anaknya nyari" berlahan memberi pengertian meskipun kalimat yang sama terus keluar. Shani dan otaknya itu memang selalu mencari celah agar mendapat kesempatan Gracia memberikan jawaban berbeda.

"Jadi seperti kesepakatan kita tadi, aku cuma nemenin kamu sampai kamu tidur. Habis itu, aku pindah ke kamar aku" lanjut Gracia

"Jahat banget sama calonnya sendiri" renggut sebal Shani mempout dalam dekapan.

"Makanya, waktu dulu kamu sama staff lainnya rapat nyari Kapten baru, Jangan tunjuk aku. Biar aku bisa perhatiin kamu 24/7"

"Ugh nggak gitu juga sayang..kan aku...hah~ iya deh aku yang salah" Shani bisa apa selain mengalah? Dia memang tak akan pernah menang jika dengan Gracia.

Renggutannya dibalas tawa kecil. Elusan pun masih berlanjut. Gracia tak lelah dengan itu.

"Udah. Cici tidur yaa.. Aku nggak bakal kemana mana sebelum kamu tutup mata dan nyapa dunia mimpi" lirihan kecil masuk ke pendengaran. Begitu lembut hingga bak lullaby bagi Shani. Di tambah dia merasakan kecupan kecupan kecil di puncak kepala yang membuat dirinya kian nyaman.

After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang