47

11.3K 1K 176
                                    

"HAHAHA" Tawa besar itu tiba tiba mengisi saat panggilan yang baru berlangsung beberapa saat itu berhenti.

Gadis yang ditertawakan dengan reflek menutupi wajahnya, dirinya malu menjadi pusat perhatian akibat tawa tak terbendung dari temannya ini. Tak taukah dia atau tak sadarkah dia jika mereka tengah berada di Negara orang? Mereka mungkin saja berpikir jika mereka adalah turis yang tidak memiliki sopan santun.

"Ini nggak lucu. Malu jadi bahan tontonan" teguran itu mengudara. Tak tahan lagi gadis cantik bernama lengkap Shani Indira Natio itu.

Yang ditegur sebenarnya tak ambil pusing dengan kelakuannya. Tapi karena dia sadar dia pun sudah kelewatan di Negara orang, nampak dirinya segera meminta maaf. Menunduk kecil menandakan penyesalan terhadap beberapa orang disitu.

"Udah tuh. Cici nggak usah tutupin lagi wajahnya" tegurnya menatap ke arah kanannya kemudian. Ke arah gadis yang masih menutup wajah dengan ponselnya itu.

"Malu tau, mpen" keluh Shani masih sedikit sebal.

"Udah sih. Nggak bakal ada yang ngingat juga dalam beberapa menit" acuh gadis yang dipanggil dengan sebutan mpen itu. Feni nama sebetulnya.

Mengangguk gadis dalam balutan dress tanpa lengan berwarna putih itu. Dia menjauhkan tangannya memperlihatkan wajah cantik tak bercacatnya. Ada poutan kecil darinya saat itu juga.

"Lagian kenapa sih malah terlihat takut sama Christy kayak tadi? Kan jatuhnya lucu tau, ci" memory beberapa saat yang tadi tiba tiba terbayang. Hal yang membuatnya tak bisa menahan tawa karena melihat ekspresi tak biasa dari gadis yang di cap sempurna disebelahnya ini.

Helaan nafas pun keluar karena pertanyaan itu. Sejenak pandangan Shani lempar ke arah hamparan sungai di hadapan. Disebrang sana nampak terlihat River city Bangkok; sebuah pusat perbelanjaan yang sudah dijelajahinya pagi tadi. Berjejer juga hotel hotel mewah di sebelahnya. Royal Orchid Sheraton Hotel & Towers salah satunya; Hotel bintang 5 yang dimiliki kota ini. Sungguh indah apa yang disuguhkan untuk matanya. Tapi naas, ramai pikirannya membuat dirinya tak terlalu menikmati itu.

Memegang pembatas besi antara dia dan sungai Chao Praya. Ada kekhawatiran yang dia keluarkan kemudian.

"Aku bukannya takut, mpen. Aku cuma khawatir aja" akhirnya dia menjawab. "Kamu harus tau, Christy punya kekuatan buat jauhin aku dari Gracia kalau tau aku nyakitin mama nya. Anak itu sesayang itu sama Gracia"

"Santai aja. Kan cici nggak bakal lakuin itu. Dia juga udah denger penjelasan cici kan tadi"

"Iya. Tapi dia kasih syarat supaya nggak berlebihan. Kalau berlebihan, dia pasti marah besar" hela Shani. "Kamu juga. kenapa malah kasih ide kayak gini ke aku? Aku di jadiin antagonis secara tiba tiba sama kamu" berdecak gadis cantik itu selanjutnya. Dia putar tubuhnya. Memilih bersandar di pagar pembatas; bersedekap dada menatap ke depan ke arah beberapa orang.

"udah terjadi juga kan, ci. Lanjutin aja. Nanggung"

"Hah~ kalau dia marah gimana?"

"Dia udah dalam mode itu sekarang. Mau bagaimana lagi? Kita berdua tau sifatnya. Tuh anak nggak terlalu pinter nyimpen perasaannya. Paling nangis sendirian dikamar"

"Aku nggak bisa lihat dia nangis, mpen"

"Ya jangan dilihat makanya"

"Ck. Ngaco kamu" berdecak lagi Shani. "Hah~ berat tau nggak kayak gini. Aku rindu dia, mpen" menghela lagi gadis cantik berdimple dalam itu. Terangkat tangannya memeriksa ponselnya. Ingin memberi kabar, ingin sekedar menanyai kabarnya setelah latihannya selesai. Sudah di rumahkah dia? Sudah bersiap tidur kah? Astaga.. Shani bisa gila jika begini.

After GraduationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang