Act XXIX

7 2 0
                                    

Dylan duduk di ruang kerjanya yang luas, dikelilingi oleh buku-buku hukum dan dokumen-dokumen penting. Matanya tertuju pada foto bangunan tua yang tergeletak di atas meja. Bangunan itu, meski sudah lama tidak terpakai, memiliki arsitektur yang menawan dan lokasi yang strategis. Dylan yakin bahwa bangunan tersebut memiliki potensi besar untuk menjadi sesuatu yang istimewa.

Dengan tekad yang kuat, ia menghubungi salah satu bawahannya, Raka, seorang analis yang terkenal akan kemampuannya dalam riset dan investigasi.

"Raka, aku ingin kamu mencari tahu segala sesuatu tentang bangunan ini," ujar Dylan sambil menunjukkan foto bangunan tersebut. "Siapa pemiliknya, sejarahnya, dan apa saja yang perlu kita ketahui untuk memulai proses akuisisi."

Raka mengangguk dengan penuh semangat. "Tentu, Pak Dylan. Saya akan mulai mencari informasi sekarang juga."

Beberapa hari kemudian, Raka kembali dengan berita. "Bangunan itu milik seorang wanita tua yang sudah pensiun. Dia tidak memiliki ahli waris dan sepertinya terbuka untuk menjualnya," lapor Raka.

Dengan informasi tersebut, Dylan segera mengatur pertemuan dengan Nathalie di taman kota, tempat mereka sering berdiskusi tentang berbagai hal.

Di bawah rindangnya pohon-pohon tua, Dylan membagikan hasil temuan Raka kepada Nathalie. "Bangunan itu bisa menjadi tempat yang sempurna untuk Amel memulai bisnisnya sendiri. Kita bisa merenovasinya dan mengubahnya menjadi kafe atau toko buku yang nyaman," kata Dylan dengan antusias.

Nathalie, yang selalu mendukung ide-ide Dylan, merespon dengan positif. "Itu ide yang brilian, Dylan. Kita bisa menggabungkan kafe dengan toko buku, tempat orang-orang bisa datang untuk menikmati kopi dan membaca buku dalam suasana yang hangat dan menyenangkan."

Mereka berdua berbicara panjang lebar tentang rencana tersebut, membayangkan bagaimana bangunan itu akan dihidupkan kembali dengan tawa dan keceriaan. Mereka juga membahas tentang desain interior, menu yang akan disajikan, dan buku-buku yang akan tersedia di toko buku.

Dengan setiap detail yang mereka rencanakan, harapan untuk masa depan Amel semakin nyata. Dylan dan Nathalie tahu bahwa mereka sedang membangun sesuatu yang akan menjadi simbol dari persahabatan, cinta, dan kehidupan baru yang mereka impikan untuk Amel.

Dengan semangat yang belum padam, Dylan memeriksa kembali dokumen-dokumen yang berkaitan dengan bangunan tua tersebut. Namun, sebuah kabar tak terduga tiba-tiba muncul. Bangunan yang telah lama ia incar ternyata telah dibeli oleh seseorang yang tidak dikenal. Dylan merasa kecewa, tetapi ia tidak membiarkan hal itu menghentikan langkahnya.

Ia segera memanggil Raka kembali ke kantornya. "Raka, kita perlu mencari tahu siapa pembeli bangunan itu dan apa rencananya," perintah Dylan dengan nada serius. "Kita harus tahu apakah ada kemungkinan untuk bernegosiasi."

Raka mengangguk, mengerti pentingnya tugas ini. "Saya akan mulai menyelidiki, Pak Dylan. Saya akan kembali dengan informasi secepat mungkin."

Sementara Raka sibuk dengan penyelidikannya, Dylan harus mengalihkan fokusnya pada tanggung jawab lain. Sebagai politisi muda yang berpengaruh, ia dijadwalkan untuk bertemu dengan rekan-rekannya dalam sebuah rapat penting yang akan membahas perkembangan keamanan negara. Isu-isu kritis seperti strategi pertahanan, kebijakan luar negeri, dan stabilitas regional akan menjadi topik utama dalam diskusi tersebut.

Dylan memasuki ruang rapat, di mana para pemimpin dan ahli strategi sudah menunggu. Dengan penuh percaya diri, ia menyampaikan pandangannya, mengusulkan solusi inovatif, dan mendengarkan masukan dari yang lain. Rapat itu berlangsung intens, dengan setiap keputusan yang diambil memiliki dampak jangka panjang bagi masa depan negara.

Forgotten LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang