Act V

11 2 0
                                    

Keesokan harinya, Hans datang ke sekolah dengan motor kesayangannya. Dia memarkir motornya di depan gerbang sekolah, dan melihat Amel sedang berjalan menuju kelasnya. Hans segera mengejar Amel, dan menyapa Amel dengan senyum lebar.

"Halo, Amel. Apa kabar? Kamu cantik sekali hari ini." Hans menggombali Amel dengan nada manis.

"Jangan ganggu aku, Hans. Aku tidak mau dengar omonganmu. Aku mau pergi ke kelas." Amel menjawab dengan nada dingin.

"Jangan begitu, dong. Aku hanya ingin berbicara denganmu. Aku hanya ingin mengenalimu lebih dekat. Aku hanya ingin menyatakan perasaanku padamu." Hans berkata dengan nada penuh harap.

"Perasaan apa? Kamu tidak punya perasaan. Kamu hanya punya nafsu. Kamu tidak mencintai aku. Kamu hanya ingin mempermainkan aku." Amel berkata dengan nada marah.

"Kamu salah, Amel. Aku benar-benar mencintai kamu. Aku tidak pernah merasakan cinta seperti ini sebelumnya. Kamu adalah gadis pertama yang membuatku jatuh cinta. Kamu adalah gadis satu-satunya yang bisa membuatku bahagia." Hans berkata dengan nada tulus.

"Bohong. Kamu hanya berbohong. Kamu tidak tahu apa itu cinta. Kamu hanya tahu cara membohongi wanita. Kamu tidak bisa membuatku bahagia. Kamu hanya bisa membuatku menderita." Amel berkata dengan nada tajam.

"Kamu tidak percaya padaku, ya? Baiklah, aku akan membuktikan cintaku padamu. Aku akan melakukan apa saja untuk membuatmu percaya padaku. Aku akan melakukan apa saja untuk membuatmu mencintaiku." Hans berkata dengan nada nekat.

"Kamu tidak bisa membuktikan apa-apa. Kamu tidak bisa melakukan apa-apa. Kamu tidak bisa membuatku percaya padamu. Kamu tidak bisa membuatku jatuh cinta padamu." Amel berkata dengan nada menantang.

"Kita lihat saja nanti. Aku akan menunjukkan padamu bahwa aku serius. Aku akan menunjukkan padamu bahwa aku pantas untukmu. Aku akan menunjukkan padamu bahwa aku adalah pilihan terbaikmu." Hans berkata dengan nada percaya diri.

Beberapa hari kemudian, Hans mendapat kesempatan untuk menyatakan perasaannya pada Amel di depan lapangan saat upacara. Dia tidak mendapat izin dari guru, tapi dia nekat melakukannya. Dia berencana untuk mengumumkan cintanya pada Amel, dan berharap Amel akan menerima cintanya.

Hans berlari menuju Amel, yang berdiri di barisan paling depan. Dia menarik tangan Amel, dan membawanya ke tengah lapangan. Dia berlutut di depan Amel, dan memegang tangannya. Dia melihat Amel dengan tatapan penuh cinta.

"Amel, aku menyukaimu. Aku menyukaimu sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Aku menyukaimu sejak pertama kali aku menabrakmu. Aku menyukaimu sejak pertama kali aku mendengar suaramu. Aku menyukaimu sejak pertama kali aku melihat matamu." Hans berkata dengan nada puitis.

"Amel, aku ingin kamu menjadi pacarku. Aku ingin kamu menjadi milikku. Aku ingin kamu menjadi teman hidupku. Aku ingin kamu menjadi alasan hidupku." Hans berkata dengan nada mengharukan.

"Amel, aku mohon, terimalah cintaku. Aku mohon, jadilah pacarku. Aku mohon, jangan tolak aku. Aku mohon, jangan buat aku patah hati." Hans berkata dengan nada memelas.

Semua siswa terkejut melihat aksi Hans. Mereka tidak menyangka Hans akan berani menyatakan cintanya di depan umum. Mereka tidak menyangka Hans akan berani menarik Amel ke tengah lapangan. Mereka tidak menyangka Hans akan berani berlutut di depan Amel.

Salah satu siswa yang terkejut adalah Rani, yang menaruh perasaan pada Hans. Rani selalu mengagumi Hans, dan berharap Hans akan memperhatikannya. Rani selalu iri pada Amel, dan berharap Hans akan menjauhinya.

Rani merasa sakit hati melihat aksi Hans. Dia merasa Hans telah mengkhianatinya. Dia merasa Amel telah merebut Hans darinya. Dia merasa Hans telah menghancurkan harapannya.

Forgotten LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang