Act I - Amelia

44 6 0
                                    

Amel membuka matanya dengan perlahan. Dia merasa seperti baru saja terbangun dari mimpi panjang. Dia melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa dia berada di sebuah kamar rumah sakit. Di samping ranjangnya, ada seorang perawat yang tersenyum ramah.

"Selamat pagi, Amel. Apa kabar?" perawat itu menyapa.

Amel menggelengkan kepalanya dengan bingung. "Siapa Anda? Di mana saya?"

Perawat itu menarik napas dalam-dalam. "Amel, saya perawat yang merawat Anda selama ini. Anda berada di rumah sakit. Anda baru saja terbangun dari koma."

"Koma?" Amel terkejut. "Saya koma? Sejak kapan?"

Perawat itu menatap Amel dengan simpati. "Amel, Anda mengalami kecelakaan mobil lima tahun yang lalu. Anda mengalami luka parah di kepala dan tubuh Anda. Anda tidak sadarkan diri sejak saat itu. Anda baru saja terbangun hari ini."

Amel tidak bisa memercayai apa yang dia dengar. Lima tahun? Dia koma selama lima tahun? Apa yang terjadi dengan hidupnya? Apa yang terjadi dengan keluarganya? Apa yang terjadi dengan teman-temannya?

"Keluarga saya? Di mana mereka?" Amel bertanya dengan penuh harap.

Perawat itu menghela napas. "Amel, saya minta maaf. Saya tidak tahu bagaimana harus mengatakan ini. Keluarga Anda tidak ada di sini. Mereka tidak pernah datang untuk menjenguk Anda. Mereka tidak mau mengurus Anda. Mereka meninggalkan Anda sendirian di sini."

Amel merasakan sesuatu yang menusuk hatinya. Air mata mulai mengalir di pipinya. "Meninggalkan saya? Mengapa? Apa yang salah dengan saya?"

Perawat itu mengambil tisu dan menghapus air mata Amel. "Amel, Anda tidak salah apa-apa. Anda adalah korban dari keluarga yang tidak harmonis. Ayah dan ibu Anda bercerai setelah kecelakaan itu. Mereka saling menyalahkan dan membenci satu sama lain. Mereka tidak peduli dengan Anda. Mereka tidak mau membayar biaya perawatan Anda. Mereka menyerahkan hak asuh Anda kepada pemerintah. Mereka menghilang dari kehidupan Anda."

Amel tidak bisa berkata-kata. Dia merasa seperti dunianya runtuh. Dia kehilangan segalanya. Dia tidak punya keluarga. Dia tidak punya rumah. Dia tidak punya masa depan.

"Jadi, sekarang apa yang akan terjadi dengan saya?" Amel bertanya dengan suara lirih.

Perawat itu menepuk bahu Amel dengan lembut. "Amel, jangan khawatir. Anda tidak sendirian. Anda masih punya saya. Saya akan selalu ada untuk Anda. Saya akan membantu Anda untuk memulihkan diri dan memulai hidup baru. Anda masih muda. Anda masih punya banyak peluang. Anda masih bisa bersekolah. Anda masih bisa berteman. Anda masih bisa bermimpi. Anda masih bisa bahagia."

Amel menatap perawat itu dengan takjub. Dia merasa ada sedikit harapan di hatinya. Dia merasa ada seseorang yang peduli dengan dirinya. Dia merasa ada seseorang yang mau menjadi keluarganya.

"Terima kasih, perawat. Terima kasih telah menjadi teman saya. Terima kasih telah menjadi keluarga saya." Amel berkata dengan tulus.

Perawat itu tersenyum. "Sama-sama, Amel. Saya senang bisa membantu Anda. Saya senang bisa menjadi bagian dari hidup Anda. Saya senang bisa melihat Anda tersenyum lagi. Saya senang bisa melihat Anda bangkit lagi."

Amel dan perawat itu berpelukan. Mereka merasakan ikatan yang kuat antara mereka. Mereka merasakan cinta yang tulus antara mereka. Mereka merasakan kebahagiaan yang luar biasa antara mereka.

Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Mereka tidak tahu siapa yang harus bertanggung jawab atas semua yang telah Amel lalui selama ini. Mereka hanya tahu bahwa mereka akan saling mendukung dan melindungi. Mereka hanya tahu bahwa mereka akan saling mencintai dan menghargai. Mereka hanya tahu bahwa mereka akan saling membuat hidup lebih baik.

Ini adalah awal dari kisah Amel. Ini adalah awal dari kisah mereka.

Forgotten LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang