Act XXIV

6 2 0
                                    

Hari pertama Dylan dan Amel sebagai pasangan muda dimulai dengan keceriaan yang tak terbendung. Mereka memutuskan untuk menghabiskan hari itu dengan melakukan hal-hal yang mereka sukai bersama, memulai petualangan baru sebagai sepasang kekasih.

Pagi itu, mereka bertemu di taman sakura, tempat di mana mereka pertama kali menyatakan perasaan satu sama lain. Taman itu masih sepi, hanya mereka berdua, dikelilingi oleh keindahan bunga sakura yang mekar. Mereka berjalan-jalan, berpegangan tangan, berbincang tentang mimpi dan rencana masa depan.

Siang harinya, Dylan mengajak Amel ke kafe buku yang tenang. Di sana, mereka duduk di sudut yang nyaman, dikelilingi oleh rak-rak buku yang penuh cerita. Mereka berbagi secangkir kopi dan membaca buku-buku pilihan mereka, sesekali saling bertukar pandangan dan senyuman.

Sore hari, mereka memutuskan untuk menonton film di bioskop. Film yang dipilih adalah sebuah cerita romantis yang membuat mereka semakin merasa dekat. Di dalam gelapnya ruangan bioskop, tangan mereka saling mencari dan erat berpegangan.

Malam harinya, Dylan dan Amel berjalan kembali ke taman sakura. Mereka duduk di bawah pohon yang sama di mana mereka berbagi perasaan. Dylan mengeluarkan kotak kecil dari sakunya dan memberikan Amel sebuah kalung dengan liontin berbentuk bunga sakura. "Untuk mengingatkan kita pada hari ini," kata Dylan dengan lembut.

Amel menerima hadiah itu dengan mata berbinar. "Ini sangat indah, Dylan. Aku akan selalu memakainya," ucapnya, suaranya penuh dengan kebahagiaan.

Hari itu berakhir dengan janji untuk hari-hari yang akan datang, hari-hari yang akan mereka isi dengan cinta dan kebersamaan. Dan saat mereka berpisah di akhir malam, mereka tahu bahwa ini hanyalah awal dari banyak kenangan indah yang akan mereka ciptakan bersama.

Dylan memasuki rumah dengan senyum yang tak bisa ia sembunyikan. Senyum itu begitu lebar sehingga Nathalie, yang sedang duduk di ruang tamu, langsung menyadarinya.

"Hei, kenapa kamu senyum-senyum sendiri? Jangan-jangan... apa yang aku bilang tentang kamu dan Amel itu benar, ya?" goda Nathalie dengan nada penuh kemenangan.

Dylan, yang merasa pipinya memanas, hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum malu. "Ah, tidak... itu bukan seperti yang kamu pikirkan," jawabnya, meski matanya yang berbinar mengkhianati kata-katanya.

Nathalie tertawa, bangga dengan intuisinya. "Aku tahu itu! Kalian berdua memang cocok!"

Dengan wajah yang semakin memerah, Dylan bergegas menuju kamarnya, berusaha menyembunyikan kegembiraan dan rasa malunya. Di balik pintu kamarnya, ia bersandar dan membiarkan dirinya tenggelam dalam kenangan indah hari itu bersama Amel.

Setelah satu minggu penuh dengan momen-momen yang tak terlupakan, Dylan dan Amel menemukan diri mereka semakin dekat satu sama lain. Hubungan mereka berkembang dengan alami, diisi dengan kehangatan dan keakraban yang hanya mereka berdua yang mengerti.

Di taman yang tenang, mereka berdua duduk di tepi kolam ikan koi, memberi makan ikan-ikan yang berenang dengan lincah. Butiran-butiran pakan ikan tersebar di permukaan air, menciptakan riak-riak kecil yang menari di bawah sinar matahari.

"Kamu tahu, Amel," kata Dylan sambil melempar segenggam pakan ke dalam kolam, "aku tidak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya."

Amel menoleh kepadanya, senyumnya merefleksikan cahaya yang sama cerahnya dengan hari itu. "Aku juga, Dylan. Rasanya seperti kita sudah melewati banyak waktu bersama selamanya," jawabnya, matanya berbinar.

Mereka berbicara tentang segala hal—dari buku-buku yang mereka baca, film yang ingin mereka tonton, hingga mimpi-mimpi yang ingin mereka capai bersama. Tawa mereka bergema di taman, menambah keindahan hari yang sempurna.

Forgotten LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang