Tanpa dirimu

9 1 0
                                    

Amel menemui Nathalie di kafe pinggir jalan yang dikelilingi oleh aroma kopi dan suara gemerincing cangkir. Nathalie, dengan senyum ramahnya, mengangguk sambil menunjuk ke kursi kosong di sebelahnya.

"Amel, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Nathalie, matanya penuh perhatian.

Amel mengambil napas dalam. "Aku punya mimpi buruk semalam. Tentang kecelakaan yang menimpaku dulu. Aku mencoba mencari tahu tentang hal itu tapi aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang dalam berita yang aku temukan."

Nathalie menatapnya dengan serius. "Ceritakan lebih lanjut."

Amel menjelaskan tentang mimpi buruknya, tentang nomor plat mobil yang terpampang jelas di depan matanya. "Aku mencoba mencari berita tentang kecelakaan itu, tapi hanya menemukan satu berita di situs pribadi milik seseorang. Tapi sepertinya ada beberapa informasi yang hilang."

Nathalie mengangguk. "Kamu tahu, Amel, terkadang mimpi bisa menjadi petunjuk. Mungkin ini adalah cara alam bawah sadarmu memberitahumu tentang sesuatu."

Nathalie menatap Amel dengan mata yang melebar seolah mengingat sesuatu. "Tapi tunggu, plat nomor apa yang kamu sebutkan dalam mimpimu, Amel?"

Amel menggigit bibirnya, merasa tegang. "Itu adalah plat nomor mobil yang menabrakku dalam mimpi burukku. Aku merasa seperti ada sesuatu yang hilang dalam berita yang aku temukan."

Nathalie mengambil napas dalam. "Amel, ini... aneh. Apakah kamu yakin?"

Amel mengangguk. "Aku tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang lebih dalam. Seperti petunjuk yang harus aku ikuti."

Nathalie menatap Amel dengan serius. "Kita harus mencari tahu lebih lanjut. Kita harus bicara dengan Dylan tentang ini," katanya.

Amel mengangguk, merasakan berat dari situasi yang tiba-tiba menjadi serius. Mereka berdua berjalan menuju apartemen Dylan yang tak jauh dari tempat mereka berada, hati mereka berdebar dalam antisipasi.

Setelah tiba, Nathalie mengetuk pintu. Dylan membuka pintu, tampak terkejut melihat mereka berdua. "Nathalie? Amel? Ada apa?"

Nathalie mengambil napas dalam. "Dylan, Amel punya mimpi buruk tentang kecelakaan yang menimpanya dulu. Dia ingat plat nomor mobilnya, dan itu..."

Dylan memotong, "Plat nomor apa?"

Amel menyebutkan angka-angka yang dia ingat dari mimpinya. Dylan sontak terdiam, wajahnya pucat. "Itu... itu tidak mungkin."

Dylan dan Nathalie saling pandang, merasakan ketegangan di udara. "Dylan, apa yang kamu tahu?" desak Amel.

Dylan menghela napas, tampak berjuang dengan pikirannya sendiri. "Aku... Aku harus memberitahukan sesuatu padamu." Suaranya bergetar, dan Amel tahu bahwa apa yang akan ia dengar mungkin akan mengubah segalanya.

Dylan menatap Amel dengan mata yang berat. "Plat nomor itu... itu dari mobil ayah kami," katanya dengan suara yang hampir tidak terdengar. "Mobil itu terlibat dalam kecelakaan yang membuatmu koma, Amel."

Amel merasa dunianya berputar. "Apa? Bagaimana bisa?"

Dylan mengangguk, tampaknya berjuang dengan emosi yang bercampur aduk. "Ya, itu kebenaran yang kami sembunyikan selama ini. Ayah terlibat dalam kecelakaan itu, dan kami sangat menyesalinya. Kami telah mencoba segalanya untukmu sejak itu."

Amel merasa seperti puzzle yang selama ini tidak lengkap tiba-tiba menemukan kepingan terakhirnya. "Jadi, semua ini... tentang kita, pertemuan kita... apakah itu semua karena rasa bersalah?"

Dylan mengambil napas dalam. "Tidak, Amel. Aku benar-benar peduli padamu. Tapi, aku tidak bisa memungkiri bahwa masa lalu itu selalu menghantuiku."

Nathalie meraih tangan Amel. "Kami akan selalu berada di sisimu, Amel. Kita semua korban dari keadaan ini."

Forgotten LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang