Act X

26 2 0
                                    

Keesokan harinya, Amel bangun dari tidurnya dengan perasaan lelah dan bingung. Ia secara tiba-tiba mengingat kembali pertemuannya dengan Dylan saat itu. Ia masih tidak bisa memahami siapa Dylan, dan apa yang dia inginkan darinya.

Amel berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia melihat wajahnya di cermin, dan merasa asing dengan dirinya sendiri seakan tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya. Ia tidak tahu apa yang terjadi padanya di masa lalu.

Ia berpakaian dengan rapih nan cantik seperti biasanya, dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ia mengambil tasnya yang berisi buku-buku dan alat tulis. Ia berharap hari ini akan lebih baik dari hari kemarin.

Amel berjalan menuju pintu kamar apartemennya, dan membukanya. Amel terkejut ketika melihat Dylan yang sedang berjalan di koridor melewati depan pintunya. Tiba-tiba Dylan menoleh dan akhirnya mereka saling bertatapan satu sama lain. Dylan tampak senang karena kini mereka dapat bertemu kembali.

"Amel? Oh selamat pagi. Saya senang sekali bisa bertemu denganmu lagi. Sepertinya kamu akan pergi sekolah. Mari, saya akan mengantarmu," Dylan menyapa dengan senyuman manis.

Amel merasa kesal dan takut. Ia tidak mengerti bagaimana Dylan bisa menemukannya disini, di apartemennya. Ia tidak mengerti mengapa Dylan masih mengikuti dan mendekatinya.

"Maaf, saya tidak mau berbicara dengan Anda. Saya tidak mau berurusan dengan Anda," Amel berkata dengan nada tegas.

Amel kemudian berlari melewati Dylan, menuju tangga apartemennya. Ia ingin segera pergi dari tempat itu. Ia ingin segera pergi dari Dylan.

Dylan merasa sedih dan kecewa. Ia tidak menyangka Amel akan menolak kehadirannya.

"Amel, tunggu, jangan pergi. Saya mohon, dengarkan penjelasan saya. Saya mohon, Amel," Dylan berkata dengan nada memelas.

Dylan kemudian berlari mengejar Amel, dan ia berusaha untuk menghentikannya.

Dylan tidak mau menyerah begitu saja. Ia terus mengejar Amel yang berlari menjauh darinya. Ia terus memanggil nama Amel dengan keras. Dan terus memohon agar Amel mau mendengarkannya.

Amel tidak mau berhenti. Ia terus berlari menuju sekolahnya. Ia terus mengabaikan suara Dylan yang memanggil namanya.

Amel dan Dylan berlari melewati jalanan yang ramai. Mereka mulai menarik perhatian banyak orang. Mereka membuat kegaduhan di sekitar mereka. Mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitar mereka.

Amel dan Dylan terus berlari hingga pada akhirnya mereka sampai di sekolah. Mereka berlari masuk ke dalam halaman sekolah.

Amel dan Dylan juga menarik perhatian banyak siswa yang melihat mereka. Mereka membuat heboh di sekolah. Mereka membuat banyak pertanyaan diantara para siswa yang memerhatikan mereka.

Salah satu siswa yang melihat mereka adalah Hans. Hans memerhatikan Amel yang tengah diikuti oleh Dylan sedari tadi.

Hans merasa heran dan khawatir tentang apa yang Dylan lakukan pada Amel hingga mereka berlarian menuju sekolah. Ia tidak tahu mengapa Amel berlari dengan ketakutan. Timbul pertanyaan di benaknya apakah Dylan melakukan hal jahat terhadap Amel.

Hans kemudian berlari menghampiri Amel dan Dylan. Ia ingin tahu apa yang terjadi. Ia ingin membantu Amel. Ia ingin melindungi Amel.

Hans berhasil mengejar Amel dan Dylan. Dengan cepat melerai memisahkan mereka berdua.

"Amel, apa yang terjadi? Apa yang dia lakukan padamu?" Hans bertanya dengan cemas.

Amel merasa lega dan senang melihat Hans yang datang untuknya. Amel merasa Hans benar-benar peduli terhadapnya bahkan disaat ia tengah dihadapkan dengan masalah.

Forgotten LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang