Satu minggu telah berlalu sejak Amel tersadar dari koma yang panjang. Dylan, yang kini lebih dikenal dengan nama samaran "Mr. L", memutuskan untuk fokus penuh pada urusan-urusan yang akan mendukung pemulihan dan masa depan Amel.
Setiap hari, Dylan mendapatkan kabar tentang perkembangan Amel dari Nathalie. Pertemuan mereka di kantor selalu penuh dengan laporan-laporan positif dan rencana-rencana untuk hari esok. Amel menunjukkan kemajuan yang luar biasa, dan semangatnya untuk pulih membuat semua orang di sekitarnya terinspirasi.
Dengan kepercayaan penuh pada kemampuan Nathalie, Dylan memutuskan bahwa saatnya telah tiba untuk membebaskan Nathalie dari tugasnya sebagai perawat Amel. "Kamu sudah melakukan lebih dari cukup, Nat. Aku akan mengambil alih dari sini," ujar Dylan dengan rasa terima kasih yang mendalam.
Nathalie, meski sedikit terkejut, mengerti bahwa Dylan memiliki rencana yang lebih besar untuk Amel. "Aku tahu kamu akan melakukan yang terbaik untuknya, Dylan. Aku selalu mendukungmu," jawab Nathalie dengan senyum hangat.
Dari balik layar, sebagai "Mr. L", Dylan mulai mengatur segala sesuatu yang diperlukan untuk memastikan Amel mendapatkan kesempatan terbaik dalam hidupnya. Mulai dari pendidikan hingga kegiatan sosial yang akan membantunya berintegrasi kembali ke dalam masyarakat, Dylan merencanakan semuanya dengan cermat dan penuh kasih sayang.
Amel, yang masih belum menyadari siapa "Mr. L" sebenarnya, hanya bisa merasa terharu dan berterima kasih atas dukungan misterius yang terus mengalir kepadanya. Dan bagi Dylan, setiap langkah yang diambilnya adalah bukti cinta yang tak tergoyahkan.
Dalam keheningan ruang kerjanya, Dylan memikirkan tentang bangunan yang kini dimiliki Lucas. Meskipun telah diusut, ada satu halangan yang tak terduga: Hans, teman Lucas yang dikenal sebagai siswa badboy dari SMA Negeri 1, tempat Amel bersekolah. Hans dikenal sulit untuk bernegosiasi dan keberadaannya membuat situasi menjadi lebih rumit.
Dylan, yang selalu percaya pada kemampuannya untuk mengatasi setiap tantangan, merasa bahwa Hans adalah sosok yang bisa ditangani. Namun, ia memutuskan untuk tidak meremehkan situasi ini. "Jangan pernah meremehkan lawan, tidak peduli seberapa kecil mereka tampak," gumam Dylan pada dirinya sendiri.
Ia kemudian memanggil Raka, bawahannya yang terpercaya. "Raka, kita perlu tahu lebih banyak tentang Hans. Siapa dia, apa latar belakangnya, dan bagaimana kita bisa mendekatinya dengan cara yang tepat."
Raka mengangguk, mengerti pentingnya tugas ini. "Saya akan mulai menyelidiki, Pak Dylan. Saya akan mencari tahu semua yang bisa saya temukan tentang Hans dan melaporkannya kepada Anda."
Dylan duduk kembali di kursinya, menatap keluar jendela pada langit yang mulai gelap. Ia tahu bahwa setiap langkah yang diambil harus dipikirkan dengan matang, terutama ketika berurusan dengan orang-orang seperti Hans. Namun, dengan tekad yang kuat dan strategi yang cerdas, Dylan yakin bahwa ia akan dapat mengatasi halangan ini dan melanjutkan rencananya untuk Amel.
Tak lama kemudian, Dylan merasakan adrenalin mengalir saat ia memacu mobilnya menuju lokasi yang dikirimkan Raka. Konvoi mobil hitam mewah mengikuti di belakangnya, menciptakan aura yang menegangkan. Ketika mereka tiba, pemandangan yang tidak menyenangkan terbentang di depan mata Dylan: Raka terkapar di tanah, sementara Hans berdiri di atasnya dengan tangan terkepal, siap untuk melanjutkan serangannya.
Tanpa ragu, Dylan keluar dari mobil dengan tenang dan otoritas yang jelas terpancar dari dirinya. "Hentikan, Hans," panggilnya dengan suara yang tegas namun terkendali. "Itu sudah cukup. Langkahmu berhenti di sini."
Hans, yang terkejut dengan kedatangan Dylan, segera menarik kembali tangannya dan mundur beberapa langkah. "Ini bukan urusanmu," balas Hans dengan nada menantang.
Dylan mengambil langkah maju, matanya tidak pernah lepas dari Hans. "Ini menjadi urusan saya ketika salah satu bawahan saya terluka. Apa yang kamu inginkan, Hans?"
Hans menggertakkan gigi, jelas tidak nyaman dengan situasi ini. "Aku hanya ingin apa yang menjadi hakku," katanya dengan suara yang lebih rendah.
Dylan memandang Hans, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. "Kita bisa menyelesaikan ini dengan cara yang lebih sipil. Bicaralah, dan kita akan mendengarkan."
Dengan situasi yang sudah mereda, Dylan membantu Raka berdiri dan memerintahkan bawahannya untuk memberikan pertolongan pertama. Sementara itu, dia memulai dialog dengan Hans, mencari solusi yang akan menguntungkan semua pihak.
Hans terdiam sembari mengepalkan tangannya. "Kau tahu siapa aku, kan?"
Dylan hanya tersenyum tenang. "Tentu saja saya tahu siapa kamu, karena kamu dikenal oleh seisi sekolah dimana kamu berada, Hans. Dan pastinya kamu tahu siapa saya, benar? Saya Dylan. Saya bertanggung jawab atas semua permasalahan yang terjadi di kafe temanmu itu."
Hans menatap Dylan dengan pandangan tajam. Dia tahu bahwa pria ini bukan sembarang lawan. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya, suaranya penuh dengan ketegangan.
Dylan tersenyum. "Kita berada dalam permainan yang lebih besar, Hans. Kafe ini hanya bagian kecil dari skema yang lebih luas."
Hans menggigit bibirnya. "Apa maksudmu?"
Dylan mengangkat bahu. "Kamu tahu, Hans, dunia ini tidak selalu hitam dan putih. Ada kekuatan yang bergerak di balik layar, mengatur segalanya. Kafe itu hanyalah pion dalam permainan mereka."
Hans merasa marah. "Aku tidak peduli dengan permainan apa pun. Kafe itu milik temanku, dan aku akan melindunginya."
Dylan mengangguk. "Saya menghargai semangatmu, Hans. Tapi ingatlah, ada harga yang harus dibayar untuk melawan kekuatan yang lebih besar."
Tanpa menunggu, Dylan mengeluarkan kartu bisnisnya dan memberikannya pada Hans. "Jika kamu ingin tahu lebih banyak, hubungi nomor ini. Kita bisa bekerja sama."
Hans menatap kartu bisnis itu dengan perasaan campur aduk.
Dylan berbalik, masuk ke dalam mobil hitamnya. Sebelum pintu ditutup, dia menoleh sekali lagi pada Hans. "Ingat, Hans, pilihanmu akan menentukan nasib kafe itu."
Sepulangnya pada pertemuan dengan Hans, di kantor yang sunyi, Raka duduk dengan kepala tertunduk, kekecewaan tergambar jelas di wajahnya. Kegagalan dalam perkelahian dengan Hans telah melukai bukan hanya fisiknya tetapi juga egonya.
Dylan, yang memperhatikan keadaan Raka, menyarankan, "Kamu perlu beristirahat, Raka. Biarkan aku yang mengurus semuanya untuk sementara waktu."
Raka mengangguk, namun dalam hatinya, ia tidak bisa menerima kekalahan itu begitu saja. Diam-diam, ia mulai menyusun rencana untuk membalas dendam pada Hans, sebuah rencana yang ia simpan rapat-rapat dari Dylan.
Sementara Raka menjalani masa pemulihan, Dylan mengambil alih kendali penuh atas urusan mereka. Dengan beban tanggung jawab yang kini bertambah, Dylan bekerja dengan lebih keras, memastikan bahwa setiap detail rencananya untuk Amel dan bangunan yang diincar berjalan sesuai harapan.
Namun, di balik kesibukan itu, Dylan tidak menyadari bahwa Raka, salah satu bawahannya yang paling dipercaya, sedang menyimpan rahasia yang bisa mengancam semua yang telah mereka bangun bersama.
Hari-hari telah berlalu, dan Dylan mendapatkan kabar gembira dari Nathalie. Kini, mereka tinggal di apartemen yang bersebelahan, memudahkan mereka untuk saling berbagi informasi dan perkembangan tentang Amel. Setelah menyelesaikan urusannya di luar, Dylan bergegas menuju apartemen Nathalie, hatinya dipenuhi rasa penasaran dan harapan.
Sesampainya di sana, Nathalie menyambutnya dengan senyum cerah. "Amel semakin baik, Dylan. Dia semakin aktif dan mulai menjalani hari-harinya seperti biasa," ucap Nathalie dengan suara yang penuh kebahagiaan.
Dylan merasa lega mendengar kabar itu, sebuah beban terangkat dari hatinya. "Itu kabar yang sangat baik. Bagaimana dengan sekolahnya?"
Nathalie mengangguk, "Aku dengar sekolahnya akan mengadakan lomba minggu depan. Amel sangat antusias, dia ingin berpartisipasi."
Dylan tersenyum, "Aku akan datang untuk melihatnya. Ini akan menjadi kesempatan yang baik untuk melihat seberapa jauh dia telah pulih."
Mereka berdua berbicara panjang lebar tentang rencana untuk mendukung Amel dalam lomba tersebut. Dylan merasa bangga melihat kemajuan yang telah dibuat Amel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgotten Life
Romance[Status : Completed] Start : 23 Mei 2023 - 17 Juni 2024. Genre : Romance. [Sinopsis] Amel, seorang gadis periang yang kini kembali menjalani hidupnya sebagai siswi sekolahan setelah terbangun dari koma selama 5 tahun lamanya. Namun terdengar kabar b...