Epilog

11 2 0
                                    

Satu bulan telah berlalu, dan kehidupan telah membawa Amel dan Dylan ke babak baru. Mereka berdua sibuk menyiapkan kafe yang akan segera dibuka, sebuah mimpi yang akhirnya menjadi kenyataan.

Amel mengelap meja dengan gerakan yang terampil, sementara Dylan menata barang-barang dengan hati-hati. Tiba-tiba, bel pintu kafe berbunyi, menandakan kedatangan tamu pertama mereka.

Namun ternyata itu adalah Rani yang masuk dengan senyum cerahnya, diikuti oleh Hans yang tampak tenang seperti biasa. Setelah saling bertukar kabar dan tertawa bersama, Amel meletakkan tangannya di perutnya dengan cara yang penuh arti.

"Aku mungkin harus bekerja lebih keras dari sekarang," katanya dengan senyum lembut. "Karena... aku hamil."

Berita itu seperti bom kebahagiaan yang meledak di ruangan itu. Rani melompat kegirangan, "Benarkah? Oh, Amel, aku sangat bahagia untukmu!"

Hans mengikuti dengan ucapan selamatnya yang tulus, "Ini adalah berita terbaik. Selamat, Amel."

Mereka semua berpelukan dalam suasana hangat dan penuh cinta, merayakan awal yang baru bagi Amel dan Dylan.

Dalam suasana yang penuh tawa dan kebahagiaan, Rani bercanda, "Nah, sepertinya aku akan menjadi tante angkat yang manis untuk bayi manis kalian."

Dia kemudian menoleh pada Hans dengan senyum nakal, "Dan Hans di sini, tentu saja, akan menjadi paman yang menyebalkan."

Hans hanya mengangkat bahu dengan senyum simpul, "Aku akan menjadi paman yang mereka butuhkan, bukan yang mereka inginkan," katanya, membalas gurauan Rani.

Mereka semua tertawa bersama, menikmati kehangatan persahabatan dan antisipasi akan keajaiban baru yang akan segera bergabung dengan keluarga mereka suatu hari nanti.

Tawa masih bergema di udara ketika bel pintu kafe terdengar lagi, menandakan kedatangan tamu lain. Seorang pria berpostur tinggi masuk—Lucas, teman lama Hans.

"Hey, semua orang," sapa Lucas dengan senyum ramah. Dia melihat sekeliling dan mengapresiasi tata letak kafe yang telah berubah menjadi lebih sempurna. "Tempat ini terlihat luar biasa sekarang," puji Lucas.

Dylan dan Amel tersenyum lebar, "Terima kasih, Lucas," kata mereka hampir bersamaan.

Lucas mulai bercanda, "Apakah aku akan menjadi pelanggan pertama hari ini?."

Rani segera memotong, "Tidak, tidak, aku yang pertama di sini!" protesnya dengan semangat.

Tawaan hangat mengisi ruangan sekali lagi saat mereka menyelesaikan penataan barang. Dylan dan Amel kemudian menjamu teman-teman mereka dengan kopi buatan mereka sendiri, menikmati kebersamaan dan kehangatan persahabatan yang telah mereka bina bersama.

Forgotten LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang