Act XI

7 1 0
                                    

Note : bab ini akan lebih cocok jika sambil mendengarkan lagu yg dinyanyikan Amel. 🥀✨

---------------------------------------

Satu minggu telah berlalu, dan hari perlombaan antar kelas telah tiba. Semua siswa dan guru berkumpul di lapangan sekolah untuk menyaksikan pertandingan yang seru dan menegangkan. Semua kelas bersiap-siap untuk menunjukkan kemampuan dan bakat mereka. Semua kelas berharap untuk menjadi yang terbaik dan terhebat.

Namun ada satu hal yang mengganggu pikiran Amel, yaitu keberadaan Hans yang menghilang sejak pagi tadi. Amel berpikir mungkin Hans tengah mempersiapkan dirinya sebelum perlombaan dimulai.

Amel berjalan menuju koridor sekolah, mencari keberadaan Hans. Amel terlihat beberapa kali menghubungi Hans lewat ponsel miliknya namun berakhir tanpa jawaban. Hingga disaat Amel tengah sibuk dengan ponsel miliknya, terdengar suara pria yang familiar menyapanya.

"Halo, Selamat pagi Amel,".

Terlihat Dylan menghampiri Amel dengan bunga mawar putih di genggamannya. Dengan senyuman manisnya Dylan menyapa Amel dan memberikan bunga itu padanya. Namun Amel hanya terdiam tanpa berkata menatap Dylan.

"Ada apa, Amel? Apakah sesuatu terjadi padamu? Kalau begitu saya akan menemanimu disini".

"Dylan? Ada keperluan apa kamu menemuiku di sekolah?."

Dylan hanya tersenyum dan mulai menangkup pipi Amel dengan sebelah tangannya.

"Saya hanya memenuhi janji saya untuk bertemu denganmu lagi, Amel. Saya hanya ingin bertemu denganmu,".

Seketika Amel merasakan sesuatu yang aneh dan familiar baginya. Rasanya seakan ia pernah diperlakukan hal yang sama oleh seseorang yang spesial. Rasa hangat dan nyaman yang kini membuat mata Amel berkaca-kaca.

"Amel?"

Dirasa waktu perlombaan menyanyi semakin dekat, Amel merasa harus mengumpulkan seluruh fokusnya pada penampilannya. Meskipun kehadiran Dylan memberikan kejutan dan rasa hangat yang tak terduga, Amel tahu bahwa dia tidak bisa terganggu. Dengan sopan, dia memberikan isyarat kepada Dylan bahwa dia harus bersiap.

"Dylan, aku menghargai kunjunganmu, tapi aku harus bersiap untuk lomba menyanyi. Ini sangat penting bagiku," ujar Amel dengan nada yang lembut namun tegas.

Dylan tampak sedikit kecewa, namun dia mengerti. "Tentu saja, Amel. Saya akan menonton dan mendukungmu dari sini. Berikan yang terbaik," balasnya, memberikan ruang yang Amel butuhkan.

Amel berjalan menuju ruang ganti, meninggalkan Dylan sendirian. Di ruang ganti, Amel mengambil beberapa menit untuk menenangkan diri dan mengingat kembali semua latihan yang telah dia lakukan. Dia mengingat betapa pentingnya momen ini, tidak hanya untuk kelasnya, tetapi juga untuk membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa dia bisa melampaui rasa gugup dan tampil dengan baik.

Saat namanya dipanggil, Amel mengambil langkah ke panggung dengan percaya diri. Cahaya sorotan menyinari wajahnya, dan dia bisa merasakan tatapan semua orang di sekolah itu tertuju padanya. Dengan mikrofon di tangan, dia mengambil napas dalam-dalam dan mulai menyanyikan lagu "Cinta Sejati" dengan suara yang penuh emosi dan kekuatan.

Setiap kata yang keluar dari mulutnya terasa seperti cerminan dari perasaan yang paling dalam. Amel menyanyi tidak hanya untuk kompetisi, tetapi juga sebagai ekspresi dari segala sesuatu yang telah dia alami - kebingungan tentang masa lalunya, kehilangan Hans, dan pertemuan tak terduga dengan Dylan yang misterius.

Penampilannya berakhir dengan tepuk tangan meriah dari penonton, dan Amel tahu bahwa dia telah memberikan yang terbaik, terlepas dari hasil akhirnya. Ketika dia turun dari panggung, dari kejauhan terlihat Dylan bertepuk tangan dan air mata menetes di pipinya. Dylan menghampiri Amel dan segera memeluknya dengan erat. Amel terkejut dan terdiam atas perlakuan Dylan namun di satu sisi Amel merasa lega dan puas, mengetahui bahwa dia telah mengatasi salah satu tantangan terbesarnya.

Forgotten LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang