part 2

4.7K 91 1
                                        

0896 ×××× ×××× :

Pagiii, sayang <3

Di tempat lain, seorang pria mendengus kasar terbangun dari tidur lalu melihat sebuah notifikasi yang muncul dari layar ponselnya. Raka sudah tahu siapa pelaku yang mengirimkan pesan di pagi buta seperti sekarang. Alih-alih membalas pesan tersebut, ia justru menekan tombol delete dan kembali meletakkan ponselnya ke atas meja nakas.

Raka hanya ingin menghindari kesalahpahaman antara ia dengan tunangannya. Memang suatu hal yang sulit untuk menghentikan Kaluna supaya berhenti mengganggu kehidupannya. Sudah kesekian kali, Kaluna mengirimkan spam chat yang bahkan tidak pernah Raka balas satu pun dengan nomor yang selalu berbeda setiap harinya. Raka sudah hampir bosan memblokir kontak Kaluna dan kali ini ia memilih membiarkannya begitu saja.

Gadis itu benar-benar gila.

Raka memijat pelipis perlahan, hari ini Kaluna sudah selesai dari masa skors. Pasti gadis itu tidak akan membiarkan Raka tenang sehari saja di Sekolah. Benar kata orang, hidup tidak selamanya harus lurus. Contohnya seperti sekarang, entah ada rencana baik apa dibalik Tuhan mendatangkan kehadiran Kaluna yang selalu mengacaukan ketentramannya selama bekerja sebagai guru di Sekolah.

Apakah tuhan ingin menguji kesabarannya? Kesabaran mana lagi yang harus diragukan jika ia justru orang yang hanya bisa pasrah ketika di timpa ujian hidup. Raka menggelengkan kepalanya cepat, pagi-pagi pikirannya sudah ngawur.

Teringat sesuatu, Raka belum mengecek seluruh tugas murid kelasnya kemarin. Baru saja ia membuka laptop, nada dering panggilan mengalihkan perhatian Raka.

My love is calling ...

Raka menyunggingkan senyuman lebar, meraih ponsel tersebut dan mengangkat panggilan dari tunangannya.

"Pagi, cantik."

~

"Luna?tumben bangun pagi." Bara, ayah angkat Kaluna. Menolehkan kepalanya tatkala melihat Kaluna yang tampak terburu-buru menuruni tangga sambil mengancingi seragam Sekolahnya.

Kaluna nyengir, mengecup sekilas pipi Bara sebelum menarik kursi bersebelahan dengan pria paruh baya itu. Sementara itu, Adelia hanya bisa terdiam melihat keakraban Kaluna dengan suaminya. Ia kembali menyibukkan diri, menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Kayaknya putri cantik Daddy semangat banget berangkat Sekolah," ucap Bara, tersenyum simpul.

Kaluna terkekeh, menatap Bara dengan tatapan berbinar."Seneng dong, Dad. Kaluna udah kangen banget Sekolah. Sekolah Daddy pokoknya paling the best, deh." Puji Kaluna.

Bara tertawa, mengusap rambut Kaluna, "Daddy senang kalau putri cantik Daddy betah. Asalkan Luna tidak boleh berbuat nakal lagi ya?" Ia mencolek hidung mancung Kaluna dengan jari telunjuknya.

Terdiam sejenak, sebelum Kaluna kembali memasang senyuman lebar dan mengangguk sebagai jawaban. Jauh dari lubuk hatinya paling dalam, sebenarnya Kaluna sudah sangat muak harus berpura-pura menjadi anak yang manis dan ceria. Namun hal ini, terpaksa Kaluna lakukan agar semakin mengambil hati pria tua itu.

Berhenti di sisi tubuh Kaluna, Adelia tersenyum sambil meletakkan sepotong omelette diatas piring makan Kaluna. "Jangan lupa, putri Mommy juga harus sarapan biar kuat."

Kaluna menatap wajah Adelia tanpa ekspresi. Tanpa diduga, ia justru meraih piring tersebut dan melemparkannya ke lantai hingga pecah berhamburan. Sontak mereka yang ada di meja makan langsung terkejut, terkecuali Kaluna. Adelia melayangkan tatapan tajam pada putrinya.

Kaluna (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang