Part 25

892 28 3
                                    

"Kaluna?"

"INI SEMUA GARA-GARA LU TAU GAK?!" Tukas Kaluna yang langsung membuat Raka memutar badan menghadapnya.

Raka tertawa kecut, menatap Kaluna dengan tatapan tidak percaya. Kenapa di situasi seperti ini justru Kaluna menyalahkannya? Tentu saja Raka tidak terima, mereka terjebak karena kepanikan Kaluna yang seperti orang kesetanan.

"Kenapa kamu justru menyalahkan saya, Kaluna?" Tanya Raka, tidak terima dengan tuduhan yang dilemparkan oleh Kaluna padanya.

Kaluna bersedekap kedua lengan, membalas tatapan Raka dengan sorot mata menantang balik. Gadis itu tidak mau kalah. Bagi Kaluna, Raka lah yang bersalah. "Terus? Gue harus nyalahin cewe lu gitu?"

"Kok kamu jadi bawa-bawa tunangan saya sih, dia kan-"

"Bela aja terus. Kalo lu gamau disalah in terus gue harus salah in siapa? Jelas-jelas lu yang narik tangan gue!" Sela Kaluna memotong pembelaan Raka.

Raka mengacungkan jari telunjuk tepat ke hadapan wajah Kaluna, "inget ya, kamu jangan sebut-"

Sebelum menyelesaikan ucapannya, Kaluna sudah melangkah cepat menghampiri Raka. Dengan kedua tangan yang masih bersedekap, ia mengangkat dagunya semakin tinggi. Menatap Raka tanpa rasa takut sedikit pun. Semakin Raka melarang, semakin Kaluna membangkang. "APA? APA? HAH?!NAYLA-NAYLA-NAYLA," tantang Kaluna.

Seketika Raka langsung mengubah jari telunjuk itu seolah ingin meraup raut wajah songong Kaluna, gereget dengan sikap arogan gadis itu. Dengan perasaan dongkol, ia menarik kuat hidung Kaluna hingga membuat sang korban meringis kesakitan. Tidak peduli hidung Kaluna menjadi merah seperti tomat, yang penting sedikit rasa kesalnya sudah terlampiaskan. Kaluna membalas Raka dengan memukulinya secara bertubi-tubi.

"Bangsatttt, idung gue sakit!" Makinya.

Dalam satu kali hentakan, Raka menangkap kedua tangan Kaluna oleh satu tangannya. Energi nya hanya akan terkuras jika terus meladeni Kaluna. Tidak ingin memperpanjang masalah, Raka memilih untuk tidak menanggapi lagi perkataan Kaluna. Ia menghempaskan kedua lengan Kaluna, "Kamu diem di situ."

Baru saja membuka mulut hendak menyahut, Raka menoleh melemparkan tatapan tajam ke arahnya. Membuat gadis itu kembali mengatup bibir rapat-rapat. Kenapa Raka sangat sentimen sekali, Kaluna menggerutu dalam hati.

"Gue juga nanti mau jalan sama lu," ucap Kaluna.

Raka tidak menjawab, berusaha mendobrak pintu tersebut menggunakan bahunya.

"Lu punya gue, gue gasuka lu bersikap cuek ke gue kemarin. Gue nyanyi buat lu, harusnya lu tuh puji minimal tepuk tangan lah,"

"Gue benci banget sama dia, rasanya pengen gue cekek tu orang. Gue gasuka siapapun cewe yang deketin lu, bahkan tunangan lu aja gue gasuka! Bakal gue bikin sengsara-"

BUGH

Kaluna tersentak, melihat Raka meninju pintu yang masih terkunci dari luar itu dengan sepenuh tenaga. Baku tangannya memerah, mengeluarkan tetesan darah. Bisa Kaluna rasakan, Raka seperti sudah sangat kesal. Takut menjadi sasaran, Kaluna kembali diam.

Tak lama kemudian, sebuah nada notifikasi ponsel mencuri perhatian kedua insan yang berada di dalam gudang tersebut. Mata Kaluna melebar, refleks ia mencengkeram kuat kedua sisi roknya. Habis riwayatnya sekarang. Raka menoleh ke arah sumber suara, hidungnya masih kembang kempis efek kelelahan.

Wajah Raka memandang datar pada Kaluna yang sedang cengengesan melihatnya. "Nanti kalo gue kasih tau, lu tambah marah"

"Gue lupa bawa Hp dua, yang tadi gue kumpulin itu emang Hp punya gue. I-ini buat darurat aja. Yaudah gue telefon Caca dulu," sambung Kaluna gagap. Ia langsung sibuk menekan beberapa tombol di layar ponselnya. Sesekali melirik pada Raka yang hanya diam tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Kaluna (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang